Work Life Balance, Jangan Tolol Memaknainya
Kalimat yang sederhana, terlalu diribet-ribetin
Ada kesalah pahaman mendasar tentang work life balance. Masih banyak orang mengira kalo work life balance itu tentang gimana caranya kita kerja seminimal mungkin tapi dapet gaji semaksimal mungkin. Ini beda ya sama kerja cerdas, kerja cerdas adalah melakukan sebuah pekerjaan dengan optimal, jadi pekerjaan yang sulit dibuat menjadi lebih mudah dengan cara kita sendiri.
Bahkan kemaren ada konten di tiktok yang ngomong bahwa kita harus memilih antara uang banyak, mentall illness atau uang sedikit, mental sehat? Kalo kalian ngikutin ecommurz pasti tau ini postingan dari siapa. Postingan ini membuat seolah banyaknya uang yang kita dapat memiliki relasi dengan kesehatan mental yang kita dapet.
Lagian kalo duit sedikit juga pasti kena mental illness juga lama kelamaan, ngeliat temen-temennya pada bisa beli banyak barang dianya cuman gigit jari tiap awal bulan gaji habis untuk bayar token listrik doang.
Memang diluar sana banyak orang lembek yang menggunakan mental illness untuk mentolerir kelembekan mereka. Tapi kita juga musti kita sadari bahwa memang hal tersebut itu ada dan kerap banget membayangi pekerja kantoran.
Dan sebenernya work life balance yang kita harapkan itu bukan dengan pengen dibayar mahal tapi kerjaannya dikit, tapi lebih ke seimbang. Kita kembali ke istilah work life balance dimana maksud balance disitu adalah seimbang, gaji 10 juta ya load kerjaan 10 juta, jangan mentang-mentang gaji 20 juta dianggep gede terus kerjaannya digas sampek mentok.
Pointnya adalah, karyawan juga sedang berbisnis jasa dengan perusahaan. Sama hal nya seperti seorang tukang penjual bakso, saat mereka menjual bakso semangkok isi 10 dengan harga 10 ribu, terus kita pengen beli bakso semangkok dengan harga 20 ribu minta isi 50, apakah ini bisa dibilang etis? Nggak tooooo?
Seorang karyawan pun demikian, mereka dibayar 10 juta untuk menjadi seorang manager finance yang bekerja 8 jam sehari, terus gajinya dinaikin 20 juta dan diminta untuk menjadi manager finance dan accounting sekaligus bekerja 24x7. Ini yaaa nggak fair dong, dan ini yang disebut dengan nggak balance.
Jangan mentang-mentang bisa bayar lebih terus mintanya kebanyakan, ini namanya eksploitasi. Sebenernya yang diminta itu sesederhana itu aja, nggak neko-neko pengen digaji 100 juta tapi kerjaannya cuman youtube an sama main game. Karyawan juga punya otak kali, mereka juga manusia yang masih ada sungkannya kalo digaji gede kerjaan receh.
Kalo dipikir-pikir omongan tentang work life balance ini tuh nggak susah-susah amat dicerna pake logika sederhana, nggak rumit kok. Tapi memang ada orang yang baru disuruh lembur sehari doang karena memang ada project besar, atau emang kerjaanya lelet aja, akhirnya harus lembur mulu, padahal kerjaannya nggak susah-susah amat terus ngomong work life balance nya jelek.
Intinya adalah, dalam bekerja seorang karyawan ini sedang menjual jasanya kepada perusahaan. Dimana dalam akad jual beli, seorang pegawai adalah pedagangnya, dan perusahaan adalah pembelinya. Jadi pedagang ada etikanya, dan jadi seorang pembeli juga harus ada etikanya.