WFH, solusi segala masalah anda
Dari mulai alasan pribadi, sampai yang lebih politis
Jadi di artikel kali ini aku pengen ngomongin alasan kenapa aku pengen kerjaan yang memungkinkan WFH biarkan tetap WFH aja. Hehe mungkin akan kontra abis sama orang yang pengen banget segera WFO. Tapi jangan marah dulu, izinkan aku menjelaskan alasan kenapa WFH forever adalah solusi yang sangat optimal untuk menyelesaikan beberapa issue kita sebagai millennial.
Pertama dari segi ekonomi, jelas ini bakalan ketolong banget dengan WFH forever. Dari mulai mimpi kita buat punya hunian yang layak sampe bisa mencapai kebebasan finansial yang proper tanpa harus kebingungan gimana harus ngatur duit. Karena jelas, dengan adanya WFH maka kita nggak harus stay di kota besar, dimana harga hunian udah nggak masuk akal dan segala polemik kpr nya nggak akan jadi issue lagi buat kita.
Coy, bayangin aja di kota besar, kalo makan warteg dengan lauk komplit pasti udah harus ngeluarin duit 15.000 per orang. Di desa halamanku kalian bisa makan dengan kenyang cukup dengan bayar 5.000 per orang. 3 kali lipat coy. Kalo duit buat makan sehari di kota bisa buat makan 2 hari di desa, maka uang makan 1 tahun bisa buat 2 tahun.
Dengan keadaan diatas, mencapai kebebasan finansial bukan hal yang mustahil. Bahkan untuk orang yang memiliki pendapatan menengah di kota besar. Yang pasti adalah, perusahaan nggak perlu bingung untuk naikin welfare pegawainya demi mereka bisa mendapatkan perekonomian yang baik.
Yang kedua, mendapatkan kesehatan mental. Harus diakui kalo bekerja di kota besar seperti jakarta, salah satu yang bikin stress adalah kemacetan dan segala standar hidup yang serba jomplang. Belum sempet reda emosi karena harus cek cok dengan kemacetan, dikantor langsung disembur sama atasan. Maka ucapkan selamat datang kepada hari yang buruk.
Hal ini nggak akan kalian dapatkan kalo kalian WFH. Apa itu macet? Bangun tidur dengan mata yang masih sembab langsung duduk di kursi dan kerja. Nggak perlu kena serangan mental karena baju kalian nggak bermerek dibandingin sama teman kerja. Menyenangkan bukan?
Ditambah orang jakarta kalo mau nyari yang sejuk-sejuk harus macet-macetan 3 jam buat nyampe puncak. Udah macet-macetan, ternyata ampe puncak nggak sejuk-sejuk amat karena rame orang yang lagi wisata juga. Dan kalo mau nyari hiburan harus ke mall, sedangkan kalo ngemall pasti keluar duit nggak sedikit.
Pengen wisata di luar mall dan nggak macet-macetan nggak akan ada banyak pilihan di kota besar. Palingan juga ditaman, itupun kebanyakan taman gersang. Nggak ada yang bisa dinikmati.
Dan pemerintah harus mengakui sih, dengan adanya WFH secara permanen penyebaran penduduk akan jauh lebih merata. Yang pastinya akan menyelesaikan permasalahan kemacetan di ibukota. Di jakarta ini kan macet karena pekerja, bukan karena warga jakarta lagi jalan-jalan. Buktinya kalo lagi hari raya idul fitri dimana orang pada mudik, jakarta itu lempeng-lempeng aja loh.
Bayangkan berapa besar penghematan yang bisa dilakukan sama perusahaan karena nggak harus sewa gedung tinggi di kuningan? Lumayan boss, jadi bonus wkwkwk.
Lagian kenapa sih masih pada anti sama WFH? Kita sekarang udah kerja secara WFH selama 1 tahun lebih. Komunikasi lewat google meet, zoom atau conference call lainnya juga nggak jadi masalah toh? Teknologi sudah berkembang secara pesat, kalo kita masih disitu-situ aja, ya apa bedanya sama orang tua yang bingung make iphone karena iconnya beda sama android?
Corona ini sebenernya lagi ngajarin anda-anda yang masih pengen WFO padahal kerjaannya bisa di WFH ini, kalo kerja WFH juga bisa optimal. Lagian, berikan kesempatan kepada teman-temen yang harus WFO biar mereka nggak macet-macetan berangkat kerja sama kalian yang sebenarnya nggak harus kerja di kantor.
“Tapi kan ada orang yang divisinya nggak bisa di WFH in karena harus ketemu sama client, gimana tuh?”. Hadduuhhh, jangan kaya orang tua deh iri-irian. Setiap profesi itu punya privilege nya sendiri-sendiri. Kita juga nggak ngiri sama kalian yang punya relasi bejibun karena sering ketemu sama client, dan kita yang kerja dibalik meja nggak pernah ngiri sama kalian yang bisa jalan-jalan dibayarin sama kantor.
Loh, tapi kan kita jalan-jalan itu kerja bukan main? Lah ya sama, kita WFH juga nggak tiduran, tapi kerja. Kalian yang jalan-jalan ini walaupun kerja, tetep aja ada privilege bisa mampir kesana kemari dan kumpulin foto dulu. Nyatanya orang yang kerja lapangan, kalo disuruh kerja dibalik meja keluhannya pusing karena nggak bisa jalan-jalan.
Sudahlah, setiap profesi itu ada privilege nya sendiri-sendiri. Nggak usah saling iri, selama privilege itu nggak merugikan orang lain, ya kenapa nggak privilege itu digunakan sebaik-baiknya?
“Gimana dengan teman-temen yang desanya nggak ada akses internet yang mumpuni?”. Jawaban nya ya jangan WFH disitu, inget loh WFH itu kerja bukan pulang kampung. Kalian bisa WFH dari manapun asal memiliki fasilitas yang menunjang kalian dalam bekerja, itu sudah jadi tanggung jawab kita sebagai pekerja untuk memastikan tempat yang kita diami nggak bermasalah dengan koneksi internetnya.
“Tapi kan kalo ketemu langsung bisa mempererat hubungan antara relasi kerja”. Statement kali ini nggak bisa dibantah karena emang bener nggak akan bisa mempererat hubungan antar relasi kerja. Tapi buat aku, bekerja itu ya bekerja. Tempat dimana kita cari pendapatan bukan cari teman. Toh kalo kalian liat ya, perlahan tapi pasti, relasi kerja kalian berubah kan perlahan-lahan?
Inget ya, opiniku kali ini terbentuk ya karena profesiku kebetulan adalah profesi yang bisa bekerja tanpa harus ke kantor. Dan aku kasian sama orang yang tiap hari harus macet-macetan dengan muka panik takut gajinya dipotong karena telat dan memang pekerjaan mereka mengharuskan mereka kerja di kantor. Yang seharusnya mereka nggak harus macet-macetan sama aku yang bisa WFH aja nggak perlu ke kantor.
Ya jalan di Jakarta ini emang lebar, tapi penduduknya nggak kalah banyak. Solusi memperbanyak jalan dan memperlebar jalan sudah dilakukan sama pemerintah, tapi kayaknya nggak membuahkan hasil. Nah, kenapa kita nggak coba solusi berupa memprioritaskan jalan untuk mereka yang memang harus bekerja di kantor.