Tentang gagalnya pesta pernikahan idaman

Light Bulp
4 min readNov 28, 2019

--

Photo by Foto Pettine on Unsplash

Belakangan banyak sekali orang memperdebatkan masalah pernikahan yang mahal dan glamour lalu dibandingkan dengan pernikahan yang berkesan sangat sederhana, ada yang bilang bahwa menikah hanya membuang-buang uang saja dan cenderung berfoya-foya. Ada yang bilang bahwa pernikahan adalah moment seumur hidup sekali dan harus diselenggarakan dengan maksimal.

Hari ini adalah tepat 2 bulan lebih 4 hari setelah saya menyelenggarakan pesta pernikahan di kampung halaman. Banyak hal yang saya dan istri pelajari menjelang hari pernikahan kami terjadi. Dari mulai menyusun anggaran untuk mewujudkan pernikahan impian kami hingga menyusun konsep acara sesuai dengan keinginan kami.

Saya rasa pernikahan idaman tidak hanya diidamkan oleh para wanita, bahkan pria pun mengidamkan pernikahan idamannya sendiri. Mungkin beberapa orang sudah mulai terbuka pemikirannya tentang pernikahan yang beangsur makin mahal dan makin tidak masuk akal harganya, dan akhirnya harus merelakan pernikahan idaman mereka.

Pada kenyataannya pernikahan saya dan istri tidak pernah terealisasi dan bahkan cenderung berubah total dari apa yang kami rencanakan, kecewa? Pastinya, siapa orang yang tidak kecewa kalau impian yang selama ini diidamkan tidak tercapai.

Lalu bagaimana kami bisa menjalani apa yang bahkan tidak sesuai dengan rencana yang kami buat?

Pernikahan idaman itu masa lalu

Untuk hal ini, mungkin tidak semua orang merasakannya terutama mereka yang memiliki keadaan ekonomi menengah keatas. Awalnya kami benar-benar egois ingin mengadakan pesta pernikahan yang benar-benar ideal dari mulai menggunakan wedding organizer hingga menggunakan dekorasi yang benar-benar mewah.

Namun setelah kami hitung-hitung, semua keinginan kami bisa memakan seluruh tabungan dan bahkan masih kurang. Dengan keadaan saat itu, maka kami harus menghasilkan uang tambahan atau bahkan memberanikan diri untuk berhutang demi merealisasikan pernikahan idaman ini.

“Udah gila kali, nikah doang segini mahalnya?” mungkin kurang lebih begitulah isi otak kami saat itu saat melihat betapa mahalnya biaya pernikahan yang kami impi-impikan. Dengan hati yang besar akhirnya kami berusaha menekan biaya pernikahan idaman kami supaya tetap menjadi pernikahan yang proper menurut kami.

Waktu terus berjalan dan semakin mendekati waktu pernikahan, semua perhitungan sudah berhasil disesuaikan. Entah apa, tapi ada perasaan yang benar-benar mengganggu dari pesta pernikahan yang akan kami adakan. Setiap hari saya selalu membukan rincian budget pesta pernikahan yang selama ini sudah saya siapkan dengan matang.

Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul. Apa ini nggak kemahalan? Emang apa yang ingin dicapai dari pernikahan mahal ini? Lalu siapa yang akan menikmati pesta ini? Kami? Sepertinya tidak, karena waktu kami pasti akan habis untuk berfoto dengan para tamu.

Entah kenapa tapi pertanyaan-pertanyaan ini benar-benar mengganggu kami seiring dekatnya waktu pernikahan kami saat itu. Kami mencoba dengan segala akal dan logika kami untuk menjawab segala pertanyaan yang mucul dikepala saat itu, dan hasilnya nihil. Nampaknya memang benar, pernikahan idaman itu masa lalu.

Pernikahan ini bukan acara kami

Entah mengapa saat sudah mendekati hari pernikahan, kami memutuskan untuk tidak melakukan pernikahan dengan acara besar-besaran mengingat banyak vendor mulai dari make-up sampai catering yang menawarkan harga yang luar bias mahal. Bayangkan, biaya mencoret-coret muka saja bisa mencapai 10jt per orangnya, wewwww.

Ego untuk mengadakan pesta impian semakin mendekati hari pernikahan semakin luntur perlahan. Akhirnya dengan tekad bulat kami mengutarakan keinginan kami kepada orang tua masing-masing untuk tidak menyelenggarakan pesta. Akan tetapi usul kami ditolak mentah mentah oleh kedua orang tua kami, dengan banyaknya pertimbangan dimana salah satunya adalah nama baik keluarga. Akhirnya kami menyetujui saja apa yang orang tua kami inginkan.

Ditambah sebuah jawaban yang mungkin belum terbesit di benak saya sebagai seorang anak membuat saya memaklumi keputusan mereka untuk tetap mengadakan pesta, dan berikut jawaban ibu ketika saya mengutarakan niat untuk tidak melakukan pesta:

“Nanti kalo kamu sama istrimu punya anak, kamu bakalan ngerti kalo menikahkan anak itu membanggakan. Lagian acara pernikahanmu nggak tiap hari to? Menikahkan anak itu prestasi juga buat orang tua”

Dan kalau dipikir-pikir lagi, apa salahnya membuat mereka bangga akan sebuah pencapaian yang sudah mereka impikan selama ini. Lagipula, hampir sebagian besar biaya acara yang diselenggarakan memang bukan dari kami melainkan keluar dari orang tua kami masing-masing sehingga munculah kesadaran dimana memang acara pernikahan ini bukan murni acara kami melainkan acara kedua orang tua kami.

Awalnya saya dan istri berfikir bahwa apa yang orang tua kami inginkan benar-benar menguras uang dan hanya membuang-buang uang mereka hanya untuk pesta semalam, bukanya kehidupan pernikahan sebenarnya adalah setelah pesta itu selesai?

Setidaknya itulah yang ada difikiran kami hingga kami menyadari bahwa apa yang merka inginkan hanyalah membahagiakan kedua anaknya dan menjaga nama baik keluarga. Karena kalau di kampung menikah seadanya sedangkan sang laki-laki sudah bekerja artinya ada sesuatu yang disembunyikan seperti “hamil diluar menikah”.

Mungkin bagi beberapa dari kalian merasa mengeluarkan uang ekstra karena omongan orang tampak seperti sebuah tindakan konyol, tapi percayalah kehidupan didesa tidak seperti kehidupan dikota dimana kalian bisa masa bodoh dan tidak akan terganggu oleh omongan orang disekitar karena kalian sudah terlalu sibuk dengan kerjaan kantor.

Mungkin beberapa dari kalian bertanya, apakah kami puas dengan keputusan kami? Maka jawabannya adalah sangat puas. Disisi lain kami bisa mewujudkan pencapaian kedua orang tua kami, dan disisi lainnya kami tidak dihantui pertanyaan-pertanyaan yang mengusik karena pesta pernikahan ini bukanlah keinginan kami lagi melainkan sudah menjadi keinginan orang tua.

Intinya adalah pernikahan itu bukan hanya mempersatukan kalian dan pasangan kalian, bukan juga tentang seberapa banyak pujian yang akan kalian terima setelah pesta itu usai. Pernikahan adalah tentang mempersatukan dua insan yang saling mencintai dan keluarganya, serta bagaimana kita bisa memberikan kabar bahagia kepada rekan-rekan yang selama ini sudah membantu dan mendoakan kita.

“Selamat menikah untuk yang sedang berbahagia”

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet