Susah ya jaga perasaan orang
Oke, jadi belakangan ada beberapa temen yang belum menikah sudah mulai galau atau mulai resah dan makin getol main tinder 🤣. Sebenernya juga gak papa kalo emang main tinder atau aplikasi sejenisnya sebagai bagian dari usaha.
Cuman nggak tau kenapa aku risih sama orang yang pengennnnn bat buru-buru nikah, emang apa sih yang kalian cari dari sebuah pernikahan? Kenapa menikah dan punya anak seolah jadi satu checkpoint yang penting?
Maksudku gini, kalo lulus kuliah, punya pekerjaan ataupun beli rumah jadi sebuah checkpoint penting masih masuk akal dikepalaku. Karena untuk mendapatkan hal tersebut, effort masih menjadi faktor penting didalamnya. Tapi menikah dan punya anak itu bener-bener 100% urusan takdir. Sesuatu yang kita punya tapi kita nggak pernah tau isinya.
Memusingkan sebuah pernikahan padahal kalian sudah berusaha mencari cinta sejati dengan segala cara adalah hal yang menurutku sia-sia. Dalam hidup ada sebuah timeline yang harus kita jalani, sama kayak sebuah film.
Captain America nggak akan pernah jadi anggota Avengers kalo dia nggak membeku puluhan tahun didalam batu es. Atau Tony Stark nggak akan jadi iron man kalo dia nggak ketangkep sama komplotan pemberontak dan disekap didalam gua.
Membekunya Captain America dan tertangkapnya Tony Stark merupakan sebuah fase dalam satu timeline yang memang harus dilewati terlebih dahulu sampai akhirnya mereka bisa menjadi orang yang lebih bermoral dan memiliki kesempatan melindungi dunia.
Tergesa-gesanya kalian untuk menikah sebenarnya juga nggak merubah fakta bahwa masih belum ada pasangan yang cocok untuk dinikahi. Ini adalah alasan kenapa sebaiknya kalian abaikan omongan orang tentang kalian yang dirasa sudah terlalu tua dan belum menikah. Karena omongan orang juga tidak merubah fakta yang ada, itu hanya memperburuk keadaan mental kalian saja.
Tapi, kalo tiap hari orang ngomong gitu kan lama-lama jadi sebel juga. Hmmmm bener juga sih, tapi gimana dong, memusingkan kelakuan orang lain itu hanya menambah masalah dikepala kita tanpa ada solusinya. Karena hakikatnya kelakuan orang lain nggak akan pernah bisa kita kontrol.
Keputusan kita untuk mau memusingkan paradigma bahwa kita sudah terlalu tua untuk menjadi single atau untuk belum punya anak adalah keputusan kita pribadi. Jadi kalo kepala kita pusing karena omongan orang, ya itu salahnya kita sendiri.
Disadari atau tidak kita punya sebuah kuasa untuk tidak menjadi pusing dan menanggapi omongan orang tentang menikah dan punya anak ini hanya sebagai sebuah basa-basi belaka. Selama didalam internal kita tidak bermasalah dengan belum menikah atau belum punya anak.
Sama seperti pertanyaan kapan kelar skripsi? Untuk orang yang skripsinya tidak bermasalah, pasti nggak akan tersinggung dengan pertanyaan ini. Tapi untuk orang yang bermasalah, pertanyaan ini akan terasa sangat ofensif.
Jangan-jangan permasalahan dari ketersinggungan orang atas sebuah pertanyaan itu bukan karena pertanyaannya, tapi karena keyakinan orang itu sendiri. Pertanyaan kapan nikah aku rasa nggak akan menyinggung orang yang secara pribadi meyakini bahwa keadaan dia single sekarang adalah keadaan yang benar karena memang belum ada yang cocok.
Dan sebaliknya ini akan terasa sangat menyinggung untuk orang yang tidak meyakini bahwa keadaan single nya adalah hal yang benar, ini akan mengarahkan orang tersebut ke pemikiran iya ya, emang aku jelek sih atau apa karena aku kurang mapan ya. Dan biasanya untuk orang yang demikian, petanyaan kapan nikah dari seseorang yang awalnya diniatkan hanya untuk basa-basi ditafsirkan menjadi sebuah pertanyaan yang sifatnya sarkastik.
Pertanyaan kapan nikah atau kapan punya anak itu sebenernya bersifat netral. Yaaa hanya sebuah pertanyaan. Yang tau intensi dari pertanyaan tersebut ya hanya yang nanya dan Tuhan doang. Nah, kita sebagai penerima pertanyaan suka ngasih bumbu penyedap, darimana asal bumbu penyedap ini?
Yak bener, dari tebak-tebak berhadiah berdasarkan emosi kita.
Untuk kalian yang nanya, kalian nggak salah kok. Namanya orang nanya kadang bukan karena pengen tau jawabannya, tapi karena emang mereka nggak ngerti gimana harus mulai pembicaraan. Yakannnnnn?
Kan awkward banget duduk sebelahan sama orang yang dia kenal tapi nggak ngomong apa-apa. Mau nanya kerjaan, nggak tau apa yang mau ditanyain — orang mereka nggak tau apa yang kalian kerjain. Mau nanya orang tua, kalian udah yatim piatu. Gimana dong kalo yang mereka tau kita belum nikah doang?
Orang yang gampang tersinggung dengan pertanyaan kapan nikah sama kapan punya anak ini nggak pernah tau gimana rasa tersiksanya duduk disebelah orang yang dia dulu kenal dan harus diem-dieman dalam waktu yang lama karena bingung nyari topik.
Inget guys kita bukan orang special yang harus dijaga perasaannya, karena kadang kita juga nggak bisa ngejaga perasan orang.
Karena siapa yang tau kalo orang juga bisa tersinggung dengan kalimat izin ke kamar mandi dulu ya. Who knows? 🫤