Sindrom Negeri Dongeng
Pernah kepikiran nggak, apa yang terjadi sama cinderella setelah dia menikah dengan pangeran? Apakah kehidupan mereka beneran seperti yang diceritakan? “Bahagia selama-lamanya”. Aku rasa nggak, pasti ada aja masalah yang dateng di rumah tangga mereka.
Pasti ada masanya pangeran dan cinderella berdebat mau makan apa hari ini. Atau cinderella bosen makan makanan kerajaan. Perdebatan-perdebatan seperti ini pasti kejadian. Tapi nggak diceritain aja sama penulisnya, kenapa? Sederhana, karena nggak menarik, jadi yang diceritakan adalah yang menarik-menarik aja.
Nah entah kenapa kita kadang-kadang suka kena sindrom negeri dongeng. Sindrom negeri dongeng adalah saat dimana kita ngerasa tujuan kita adalah sesuatu yang bisa membuat kita menjadi seorang cinderella yang bahagia selama-lamanya. Dan aku nggak memungkiri, kadang aku sendiri masih ngerasa demikian.
Aku yakin sebagian besar dari kita merasa bahwa memiliki kebebasan finansial adalah sesuatu yang bakalan membuat hidup kita menjadi sangat mudah sehingga kita bisa menjadi insan yang bahagia selama-lamanya. Ngaku aja siapa yang begini? Jujur aja kadang aku juga masih begini.
Sindrom negeri dongeng adalah sebuah sindrom yang ngebikin orang mikir bahwa hidupnya memiliki sebuah ending yang berbeda dari yang lain dimana ending ini ditentukan oleh kerja keras dan kemauannya dia akan mimpi-mimpinya. Padahal behaviour kehidupan nggak begitu. Kalo kalian mau tau, ending dari kehidupan kita semua itu sama.
Bener…
Mati….
“Yaelah, nenek nenek tua bangka juga tau kalo endingnya cerita adalah mati”. Emang sih, semua orang udah tau, tapi kadang pas kita lagi kena sindrom negeri dongeng ini kita suka mikir kalo hidup kita selesai saat mimpi kita saat ini tercapai. Padahal pas mimpi sudah tercapai, ujung-ujungnya mimpi baru terbuat. Sederhananya nggak ada mimpi yang membuat kita puas.
Kenapa kalian sangat yakin kalo menjadi orang yang memiliki kebebasan finansial akan membuat kalian puas dan menjadi pribadi yang bersyukur? Jawabannya sederhana, karena masih jauh. Saat kalian sudah sampai ke tempat yang kalian impikan, paling lama juga kalian senyum-senyum seminggu. Setelah itu, masalah baru muncul.
Aku pernah nulis di salah satu artikel ku, kalo mimpi itu sifatnya bergerak. Jadi jangan terlalu sedih saat mimpi kalian tidak tercapai.
Intinya adalah hidup itu terdiri dari banyak cerita, terkadang kita akan mendapatkan happy ending di sebuah cerita, tapi belum tentu di cerita yang lain. Dalam cerita pencarian cinta, cinderella memiliki happy ending, tapi siapa yang tau ending dari cerita cinderella dalam mengasuh dan membesarkan anak-anaknya.
Sama, cerita kita pun demikian. Mungkin dalam sebuah segmen dalam hidup kita, kita adalah seorang protagonis yang beruntung dan sabar dalam menjalani kehidupan, dalam cerita yang lainnya mungkin kita menjadi seorang antagonis yang angkuh dan egois.
Hidup itu tentang sudut pandang, posisi kita menentukan bagaimana kita menyikapi peran kita saat ini. Menurut saudara-saudara dan ibu tiri cinderella, mereka melakukan hal yang benar, nggak mungkin mereka melakukan hal tersebut kan kalo mereka sadar bahwa yang dilakukan itu jahat?
Kebetulan script yang ditulis menempatkan kita dalam posisi yang melihat cinderella adalah seorang protagonis. Mungkin kalo pencipta scriptnya menempatkan kita selayaknya disney menempatkan posisi kita melihat seorang Maleficent — seorang penyihir yang menjadikan putri tidur tertidur lama — ceritanya akan lain.
Dahlah, bingung mau nulis apa lagi… selamat malam…