Menikah, mending jangan dehhh…
Selama ini kalo kedatengan temen yang nanyain masalah nikah, aku selalu merekomendasikan ke mereka untuk nggak buru-buru. Alasannya adalah nikah tuh nggak enak 😩, kaloooooo….
Nggak siap
Kesiapan itu sebuah abstraksi yang sangat besar dalam pernikahan, terutama masing-masing orang pasti punya alasan kenapa mereka siap dan kenapa mereka nggak siap.
Jadi mending persiapkan diri kalian dengan sangat baik terlebih dahulu untuk memutuskan apakah kalian akan menikah atau tidak.
Siap itu bermacam-macam, ada yang merasa siap kalau keadaan financialnya sudah mencapai goals. Ada yang merasa siap kalau sudah mendatangi beberapa negara, dannnnn masih banyak lagi.
Intinya menjadi siap itu penting, sangat penting karena nantinya saat kita menikah maka prioritas hidup kita bukan lagi untuk kita seorang, karena tanggung jawabnya pun akan bertambah.
Di beberapa negara seperti Korea atau Jepang bahkan tidak menjadikan pernikahan menjadi prioritas utama. Karena memang menikah butuh waktu dan butuh persiapan yang nggak sedikit. Bahkan beberapa orang memilih untuk menghindari pernikahan karena dirasa menikah adalah beban tersendiri dalam kehidupan.
Buat aku, pilihan dalam hidup harus kita tanggung semua resikonya. Karena resiko ini kita yang tanggung, jadi baiknya kita tau apa yang akan kita hadapi nantinya.
Ingat, jangan cuek sama resiko, karena kebanyakan pernikahan yang gagal di seumur jagung karena banyak penyesalan dibelakang pernikahannya.
Punya beban
Nah, yang kali ini sebenernya kerap terjadi di Indonesia dan sebenernya ini yang bikin agak jengkel belakangan. Beberapa waktu lalu, salah satu temanku menikah dengan pacarnya yang belum lama dia kenal.
Dalam proses menjalani persiapan pernikahan, si laki-laki mengajak untuk si perempuan ngontrak rumah secara terpisah dari orang tua mereka. Dan ternyata si perempuan menolak mentah-mentah ajakan si lelaki dikarenakan dia merasa tidak enak kalau harus meninggalkan orang tuanya sendirian di rumah.
Hmmmm, sebuah ironi yang kerap terjadi bukan? Maksudku begini, kalau dirasa kalian masih ingin hidup dengan orang tua, ya jangan nikah. Itu bentuk pertanggungjawaban, bukan pilihan.
Taukah kalian artis variety show terkenal di korea Kim Jong Guk dan Song Ji Hyo? Di umur mereka yang sudah tidak muda lagi, mereka memutuskan untuk tidak menikah dikarenakan mereka memilih untuk menemani orang tua mereka di rumah.
Menurutku ini fair, karena dalam kehidupan pernikahan kita nggak boleh cuma memikirkan keadaan kita tanpa memikirkan betapa canggung nya perasaan pasangan kita harus tinggal satu atap dengan orang tua yang bahkan baru mereka kenal kemaren sore.
Belum lagi karena itu rumah orang tua, semua aturan yang ada, pasti harus mengikuti sang pemilik rumah.
Budaya
Ada alasan mendasar kenapa memiliki atap sendiri setelah menikah itu penting. Jika laki-laki dan perempuan sepakat untuk membangun rumah tangga maka mereka juga harus sepakat untuk membuat budaya serta aturan yang baru didalam rumah tangga mereka.
Kesepakatan menikah itu bukan kesepakatan untuk tinggal bersama dan wik wik secara gratisan. Lebih dari itu, pernikahan itu menggabungkan budaya antara keluarga kita dan pasangan. Ingat menggabungkan bukan memaksa pasangan kita atau kita untuk masuk ke salah satu budaya.
Yang artinya, penggabungan antara 2 budaya ini harus dan pasti menghadirkan budaya baru.
Ambil contoh kalian terbiasa bangun siang sedangkan pasangan kalian terbiasa bangun pagi, maka setelah menikah dengan segala konsolidasinya pasti akan menghadirkan budaya baru dari kalian berdua. Entah kalian yang akhirnya bangun lebih pagi sedikit atau pasangan yang bangun lebih siang sedikit.
Sedangkan bagaimana penggabungan ini bisa sukses kalo kalian masih tinggal di rumah orang tua? Padahal disana sudah ada keluarga — keluarga orang tua — yang memiliki tradisi serta budaya yang sudah mereka jalankan selama berpuluh-puluh taun.
Memaknai pernikahan sebagai ajang pencapaian, seks dengan cara yang halal atau hanya sekedar menunaikan kewajiban merupakan cara paling sembrono dalam pernikahan.
Bertemu dengan permaisuri atau pangeran impian dan menikah lalu akan hidup bahagia selamanya itu hanya terjadi di dongeng. Setelah menikah kehidupanmu tidak akan berhenti di pesta pernikahan, justru pesta pernikahan adalah selebrasi untuk masuk ke gerbang kehidupan yang lebih kompleks.
Bukan bermaksud menakuti, tapi ada baiknya sebelum memasuki gerbang itu kita bersiap.