PNS, sebuah provesi idaman?
Lagi rame nih ngomongin banyaknya orang yang mengundurkan diri dari CPNS. Data badan kepegawaian negara menunjukkan 100 dari 112 ribu 513 orang yang lolos seleksi calon pegawai negeri sipil, mengundurkan diri usai ditetapkan. Sebuah ironi mengingat dulu CPNS itu jadi profesi idaman semua orang.
Pertanyaan yang keluar sekarang adalah kenapa CPNS sekarang tidak menjadi pekerjaan idaman? Atau setidaknya kenapa PNS bukan jadi pekerjaan idamanku?
Alasan pertama sebenernya bukan gaji, walaupun gaji memang menjadi sebuah issue. Tapi lebih ke birokrasi. Buat aku setidaknya, kita kerja dalam satu hari itu bisa mencapai 8 jam kerja, bisa kalian bayangin nggak kalian melakukan hal yang kalian tidak suka 8 jam sehari, dimana dalam satu hari kita beraktifitas setidaknya 19 jam sehari diluar waktu tidur.
8 jam itu kalo nggak lembur, kalo lembur bisa lebih lama lagi. Anggap setidaknya 50% waktu kita itu habis untuk bekerja, dan kalian melakukan pekerjaan yang tidak bisa dinikmati, how cruel your life is?
Sayangnya birokrasi dalam bekerja itu jadi concern terbesarku dan mungkin beberapa orang diluar sana. Kita liat aja deh, dalam kurun waktu belakangan disaat semua start up di Indonesia lagi bikin teknologi secanggih-canggihnya untuk mempermudah kehidupan kita, inovasi apa yang dikeluarkan oleh ASN kita?
Sorry to say, bukan berniat merendahkan, aku punya beberapa temen yang kerja jadi ASN, mereka adalah orang yang punya potensi dan beberapa ada yang berbakat. Tapi seperti sebuah senjata mematikan yang dipegang sama orang buta, keahlian mereka tidak dipergunakan dengan semestinya.
Bahkan beberapa dari mereka mengakui kok kalo jadi ASN sangat sulit untuk berinovasi secara radikal, karena berinovasi tak radikal pun birokrasinya panjang sekali. Ide bagus mu mungkin diterima oleh banyak orang, tapi saat itu tidak menguntungkan untuk beberapa pihak dalam organisasi, yaaa ide bagus mu cuma sebuah sampah.
Admit it, beberapa ASN sedang sibuk nge check fotocopy KTP sekarang disaat era sudah digital dan KTP kita sudah berubah nama menjadi e-KTP. Terlepas KTP kita dikorupsi atau tidak, ini inovasi yang sangat amat lambat, disaat beberapa eccomerce udah bisa terintegrasi dengan pihak kepolisian untuk bayar pajak motor, beberapa instansi yang diisi oleh ASN kayaknya masih kesusahan untuk terintegrasi dengan dukcapil, yang notabene adalah saudara mereka sendiri.
Kenapa ini bisa terjadi? BIROKRASI.
Aku bekerja sebagai seorang programmer, 4 tahun aku kuliah melakukan programming dengan intens dan selepas lulus aku kerja disebuah perusahaan yang tidak begitu mementingkan divisi IT nya. Ini mengakibatkan aku vakum 2 tahun dalam bidang programming.
Setelah itu tak lama kemudian aku bergabung ke sebuah startup, dan tebak apa hasilnya? Bener, pengetahuan dan skillku dalam programming jadi tumpul setumpul tumpulnya. Banyak hal sudah berubah dalam 2 tahun belakangan dan aku sempat berada di fase yang tidak menyenangkan karena harus mengejar ketinggalanku selama 2 tahun itu.
Sekarang bayangkan kalo ada orang yang bekerja bertahun-tahun disebuah instansi yang birokrasinya berbelit-belit, bahkan waktu orang tersebut habis buat ngurusin birokrasi ketimbang berinovasi? Setumpul apa orang itu sekarang?
Skill yang nggak ke asah itu sama seperti sebuah katana tumpul mainan anak SD biar keliatan sangar. Kalo digetokin masih sakit, tapi nyaris mustahil membunuh orang menggunakan katana tumpul.
Nah ini yang tak takutkan kalo aku kerja jadi PNS, aku nggak bilang ASN nggak punya skill ya, karena beberapa temen ASN punya skill yang ngeri-ngeri sebenernya. Tapi yang tak takutkan adalah dalam jangka waktu yang panjang, apa yang sudah tak asah supaya tetap tajam akan jadi mainan anak SD.
Let me know kalo aku salah 😉
Oke sekarang kita ngomongin gaji. Sebenernya ini bukan issue yang besar buat aku mengingat beberapa instansi kepemerintahan gajinya lumayan fantastis untuk hasil pekerjaan yang nggak bisa dibanggain. Memang beberapa instansi kepemerintahan gajinya terasa kecil, nggak bisa dipungkiri.
Tapi sepertinya iming-iming uang pensiun sudah tidak menggiurkan lagi ya? Hehe mengingat sekarang banyak perusahaan yang menawarkan benefit yang jauh lebih menarik ketimbang uang pensiun. Ditambah sekarang sudah ada jaminan hari tua, sebuah program pemerintah yang belakangan terkena kontroversi.
Aku ngeliat didepan mata kepalaku sendiri ada anak lulusan SMA digaji 2 digit, dan sekarang udah megang jabatan setara dengan manager dalam kurun waktu yang tidak lama. Bahkan bawahannya dia ada yang lulusan S2 loh. Gila nggak tuh? Kerennya lagi, bawahannya semua nurut sama dia karena memang skill memimpin dan hard skill nya diakui bagus.
Oke, untuk kalian yang ASN, let me know, ada nggak kejadian serupa didalam instansi pemerintah? Apa kalian harus S2 dulu untuk naik jabatan?
Saat ini kalo dilihat-lihat, banyak perusahaan yang sudah tidak berorientasi kepada ijazah. Nggak tau kenapa walaupun menurutku ini nggak fair terutama untuk aku dan beberapa dari kita yang udah bayar mahal-mahal untuk kuliah, tapi faktanya beberapa orang special memang ada yang nggak membutuhkan bangku kuliah untuk jadi jago.
Dan eksistensi mereka sangat diakui dan dihargai oleh perusahaan-perusahaan swasta. Bahkan perusahaan-perusahaan ini mencari orang-orang special ini untuk dipekerjakan oleh mereka.
Pengakuan perusahaan terhadap skill kita sebagai karyawan ini yang sampek sekarang nggak pernah tak denger keluar dari PNS. Seorang PNS harus bener-bener mencolok untuk mendapatkan penghargaan semacam ini, dan kalian bisa tebak apa yang terjadi kepada orang yang terlalu mencolok, yak bener dimusuhi banyak orang.
Memang harus diakui beberapa perusahaan bonafit masih menggunakan sistem PNS untuk memberikan penghargaan yang pantas kepada karyawannya. Tapi banyak juga perusahaan yang sudah melek matanya untuk bisa menghargai karyawannya sesuai dengan kemampuan mereka.
Penghargaan atas skill yang nggak pandang bulu ini kan sebenernya cikal bakal inovasi?
Terlepas dari semua yang tak bicarakan diatas, harus diakui PNS masih jadi perkerjaan ter aman saat ini selama kalian nggak bikin masalah.