Pilpres, Siapa Yang Harussss Dipilih?
Kalo kalian bingung, baca ampe selesai
Tanggal 14 Februari 2024, hehe gimana? Masing ngerayain valentine apa malah habis berantem sama pasangan karena beda pilihan presiden? Semoga kalian tetep akur-akur aja lah ya, gausah berantem karena beda pilihan. Toh siapapun yang kepilih nggak akan mempengaruhi hidup kalian.
Gimana? Sering dengerin omongan yang diatas? Sebenernya omongan kaya gitu nggak keluar secara tiba-tiba kok. Selama masa kampanye dan debat capres di media diselenggarakan aku sebisa mungkin ngikutin dan pengen tau apakah tahun ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Masalahnya orang tuh agak aneh, banyak yang rela berantem atau malah memutuskan ikatan pertemanan yang sudah lama dibangun dan dirawat secara hati-hati. Mending kalo pasangan pilihan mereka kepilih dan hidup mereka seketika berubah membaik, masalahnya tuh nggak.
Sadari bahwa gagasan mengentas kemiskinan dan membuka lapangan pekerjaan itu gagasan yang selalu dikeluarkan disetiap ada pemilu di level apapun, dari level walikota sampek level negara.
Dan coba deh liat, emang dari ketiga capres kita hari ini ada gitu yang ngeluarin gagasan baru? Ada nggak yang nyenggol isu tentang perumahan? Sebuah isu yang dialami oleh para milenial hari ini. Katanya pemilih terbanyak tahun ini adalah milenial? Tapi kok gagasannya nggak ada yang deket sama milenial?
Narasi menyelamatkan rakyat kecil, membela rakyat kecil, atau menjadi bagian dari rakyat kecil tuh udah boring tau. Ini narasi lama yang semua orang juga udah pernah dengerin, masalahnya narasi ini nggak pernah sekalipun terealisasi pada dasarnya.
Rakyat kecil sampek sekarang juga tetep kecil-kecil aja, pembangunan tol trans jawa faktanya malah bikin pedagang yang ada di jalur pantura sepi pelanggan. Dimana letak membela rakyat kecilnya?
Membuka lapangan kerja, sebuah janji yang kalaupun ditepati belom tentu berguna loh buat rakyat. Karena perusahaan juga pasti punya spesifikasi dalam menerima pekerja, masalahnya SDM kita tuh masih banyak yang nggak memenuhi spesifikasi si pencari kerja.
Jadi mau dibuka sebesar apapun juga nggak ada ngaruhnya. Kalo kalian yang tergiur sama janji ini dan berharap bisa dapet kerjaan dengan tanpa tes atau test hanya jadi sebuah formalitas sih mending kubur dalem-dalem harapan kalian.
Sebenernya aku berharap ada salah satu capres yang mengeluarkan gagasan yang bisa diukur. Sebuah gagasan yang kalau berhasil atau gagalnya kita bisa melihat dengan mata kepala sendiri tanpa harus nunjukin slide yang berisi grafik.
Kalo gagasan yang keluar abstrak, itu sih nggak ada bedanya sama pemilihan ketua osis yang kandidatnya pasti akan ngomong “saat saya terpilih menjadi ketua osis, saya akan membuat sekolah ini menjadi sekolah yang lebih maju”. Tapi kita nggak tau sekolah yang lebih maju yang doi maksud tuh sekolah yang kaya gimana? Maju kemana?
Sekelas pemilihan presiden sih harusnya gagasan yang keluar jauh lebih terukur, dan nggak se abu-abu pemilihan ketua osis.
“Ada kok, gagasan makan siang gratis dan satu anak dalam satu keluarga akan disekolahkan S1 kan konkrit”. Sebenernya makan siang gratis itu tujuannya sih yang nggak kerasa konkrit dan susah banget ngukur keberhasilannya. Emang tingkat keberhasilan makan siang gratis ini ada dimana? Stunting? Kalo sekelas SD baru dikasih makan siang gratis sih udah keburu stunting itu bocah.
Satu anak dalam satu keluarga akan disekolahkan sampai S1? Ini juga bingung untuk nakar keberhasilannya. Coy, yang sekolah S1 nya bayar dan harus utang kanan kiri aja setelah lulus banyak yang nganggur, apalagi ini dikasih gratis. Sekarang aja banyak lulusan S1 yang masih nganggur luntang lantung karena spesifikasi mereka nggak cocok sama dunia kerja.
Faktanya, lulusan SMA itu malah jauh lebih banyak yang keterima kerja ketimbang lulusan S1 di Indonesia.
Bingung kan? Samaaaaaaaa. Seharusnya kalo kontes pemilihan sekelas negara gini sih gagasan-nya sudah dibahas sama para ahli secara mendalam dan melalui kajian-kajian ilmiah ya. Tapi ini kan harusnyaaaaaa…….
Melihat gagasan beliau-beliau yang kerasa ngambang sih aku curiga akan 2 hal, pertama mereka ini sebenernya udah diatas awan dan se tidak relate itu dengan permasalahan yang ada dibawah. Sehingga kalo dilihat dari kacamata kita yang melihat kenyataan secara lebih dekat ini, gagasan yang keluar dari beliau-beliau terasa sangat ngambang.
Kecurigaan keduaku adalah ya mereka nyari aman aja, memikirkan statement yang sekiranya indah didengar tapi tidak bisa diukur, sehingga kita juga kebingungan untuk nyari tau, bahwa yang beliau janjikan pas kampanye sebenarnya dilakukan atau tidak.
Aku nggak tau mana kecurigaanku yang bener, tapi melihat grafik angka golput yang nggak turun dari tahun ke tahun sih dugaan kuatku adalah karena para orang yang golput ini sebenernya bingung musti milih siapa, karena toh siapapun yang akan terpilih tidak pernah menyuarakan permasalah orang-orang yang golput ini.
Belum lagi selama masa kampanye, bukanya para kandidat sibuk mengkampanyekan atau menyuarakan program-program yang akan mereka lakukan, malah banyak yang sibuk serang kanan kiri, ngejelek-jelekin kanan kiri.
Aku sih berani taruhan, pasti dari kalian lebih banyak tau kejelekan masing-masing paslon kan ketimbang program atau gagasan apa yang mereka akan usung? Ngakuuuuuu……
Kalo udah kaya gini, terus apa yang diharapkan negara saat kita pada nyoblos? Landasan apa yang kita pake untuk memilih kalo kita lebih tau jeleknya masing-masing paslon ketimbang program-programnya?
Ya masak kalo kalian dikasih 3 makanan yang sama-sama kalian ngga suka dan ada pilihan untuk nggak makan ketiganya terus kalian milih untuk tetep makan?
Kayaknya sih pemilu selanjutnya para kandidat capres musti lebih teliti dan berani lagi tentang gagasan apa yang akan mereka perjuangkan selepas mereka menjabat jadi presiden. Karena di era informasi yang serba cepat ini orang udah mulai makin pinter, makin itung-itungan, dan menurutku ini bener banget.
Memilih itu harus subjective, karena esensi satu orang satu suara ada disana. Dimana para pemilih harus memilih pemimpin sesuai dengan kebutuhan si pemilih.