Pemerkosaan
Kalau belum siap, jangan dibaca…
Belakangan kasus pemerkosaan jadi sesuatu yang banyak dibicarakan oleh orang banyak, walaupun kasus pemerkosaan sepertinya sudah tidak banyak diliput oleh media. Dalam kasus pemerkosaan, masyarakat kita nampaknya terbagi kepada dua opini, yang pertama adalah pemerkosaan terjadi karena wanita menggunakan pakaian yang minim dan pemerkosaan terjadi karena laki-laki nya tidak bisa menjaga moral dan tindakannya.
Padahal kedua kubu ini seharusnya tidak terpisah, tapi harusnya disatukan karena pemerkosaan terjadi karena keadaan yang memungkinkan dan adanya niat pelaku. Bisa kalian bayangkan, tidak mungkin ada wanita diperkosa ditengah mall hanya karena pakaian mereka terbuka, kenapa? Ya karena ditengah mall itu rame, baru mau melorotin celana juga udah digebukin orang banyak doi si pemerkosa.
Mau dilihat dari sudut pandang manapun, si pemerkosa tetaplah yang bersalah, dan itu kenapa negara kita menghukum si pemerkosa bukan si yang diperkosa.
Memang harus diakui untuk mereka yang menggunakan pakaian lebih terbuka dan sexy memiliki fatality level lebih tinggi ketimbang mereka yang berpakaian tertutup, nggak bisa dipungkiri lagi. Karena semakin sexy pakaian yang dikenakan wanita, maka akan semakin mengundang perhatian lebih dari para laki-laki.
Bagi seorang psikopat, mereka tidak memandang siapa yang menyinggung atau siapa yang mengganggu. Selama ada sebuah kesempatan dia melakukan tindakan yang bisa memuaskan hasrat psikopatnya, maka dia akan melakukan tindakan tersebut. Tapi, apakah seorang psikopat akan mencincang-cincang korbannya ditengah keramaian?
Nah hal ini berlaku juga kepada mereka yang suka memperkosa, kalaupun ada wanita dengan pakaian minim sedang shopping ditengah mall, walaupun si pemerkosa dalam keadaan birahi berat, dia tidak akan tiba-tiba mendatangi wanita ini dan mlorotin celananya ditengah keramaian.
Dalam sebuah tindakan kriminal, ada beberapa hal yang harus dipenuhi sebelum tindakan kriminal ini terjadi.
Pertama adalah niat, selama si pelaku tidak ada niat untuk memperkosa, maka tidak akan terjadi pemerkosaan walaupun birahinya sudah meningkat.
Kedua adalah korban, dalam hal ini kebanyakan memang wanita yang menjadi korban, jadi sebenarnya kriteria korban pemerkosaan bukanlah wanita berbaju sexy, tapi hanya wanita.
Ketiga adalah situasi, situasi menjadi penentu dalam aksi kejahatan apapun, karena semua penjahat melakukan sebuah tindak kejahatan untuk mengambil keuntuangan dari tindakannya tanpa harus tertangkap oleh pihak berwajib. Maka situasi menjadi penting, dalam tindak kejahatan pemerkosaan, normalnya mereka harus mendapatkan tempat yang memberikan keleluasaan si pelaku dalam melakukan aksinya, bahkan kalau bisa ditempat dimana kalaupun si korban berteriak, tidak akan ada yang mendengar.
Nah, selama ketiga komposisi tindak kejahatan diatas tidak dipenuhi maka tidak akan terjadi itu yang namanya kejahatan.
Jadi kesimpulannya, kejahatan pemerkosaan terjadi karena memang ada niat, korban dan situasi yang mendukung. Maka berhenti mengatakan mereka yang berbaju sexy salah, karena di tayangan televisi kita melihat banyak banget tuh cewe yang pake baju minim dan sexy gilak, tapi apakah kita pernah dengar mereka diperkosa? Nggak kan? Kenapa? Ya karena mereka berada pada lingkungan dan situasi yang aman.
Memang harus diakui saat seorang menggunakan pakaian yang sexy dan terbuka, maka harus lebih ekstra hati-hati karena mereka memiliki perhatian dari para lelaki. Dan tidak semua lelaki bisa mengelola birahinya, kalau lagi apes, yaaaa memungkinkan untuk mengalami tindak pelecehan seksual sampai pemerkosaan.
Kesimpulannya adalah, berpakaian seperti apapun tidak ada masalah selama kalian mengerti resikonya dan tau bagaimana harus bersikap.