Nggak nemu alesan kenapa harus WFO

Light Bulp
3 min readFeb 21, 2023

--

Photo by Mark Olsen on Unsplash

Sejujurnya sampek sekarang udah 2 minggu aku mikir kenapa kita musti WFO? Nggak dapet alasan yang masuk akal selain “ini perusahaan bukan perusahaan bapakmu”. Palingan kalo ada alesan lain yaaa “ini bukan perusahaan ibumu”, udah nggak ada alasan lain.

Mungkin memang style kerja WFH ini nggak bisa diimplement ke semua jenis pekerjaan. Mengingat teller bank nggak mungkin melayani secara online. Warga kita belum siap 😛

Tapi sebenernya buanyak sektor kerja yang bisa digarap darimana aja, nggak harus ngantor nggak harus dipantau secara langsung. Tapi anehnya kenapa ini kantor yang awalnya WFH pada memutuskan WFO? Aneh, tapi ini bukan perusahaan bapakku.

Jakarta Centris…

Kita tau bahwa Indonesia ini emang sangat Jakarta Centris, bahkan pak Jokowi sampek memutuskan untuk pindah ibukota, mungkin karena beliau baru merasa bahwa kalau ibukota nggak segera dipindah, Indonesia bagian selain Jakarta dan Jawa nggak akan maju.

Karena kemajuan sebuah tempat itu sangat bergantung dengan kepentingan. Kalo nggak ada kepentingan yang berputan ditempat itu, pengusaha juga males invest atau melakukan pembangunan fasilitas disana.

Bali berkembang pesat karena ada pariwisata, Jakarta menjadi besar karena ada ibukota dan jadi pusat bisnis secara bersamaan. Gimana dengan Blitar? Lubuklinggau? Nah lohhh baru denger kan ada kota Lubuklinggau? Aku juga karena barusan googling.

Tapi aku yakin yang ada disana nggak lebih besar ketimbang yang ada di Jakarta atau Bali, karena yaaa nggak ada kepentingan yang berputar disana.

Nah WFH membuat kepentingan ini tersebar luas diseluruh penjuru Indonesia. Karena orang yang tadinya kerja di Jakarta, karena bisa kerja dari rumah akhirnya mereka kembali ke kampung halaman. Dan disinilah sebuah kepentingan tumbuh.

Harga tanah dikota kecil yang tadinya murah jadi naik perlahan karena demand dari orang yang tadinya WFO di Jakarta jadi naik juga.

Perputaran ekonomi dikota kecil jadi makin licin karena harga yang ada dirasa lebih murah ketimbang dikota besar. Akhirnya si orang yang WFH ini akan lebih banyak jajan dan mengeluarkan uang untuk keperluan entertaiment nya.

Disisi lain, keadaan jalanan di Jakarta jadi nggak semacet itu. Kita bisa lihat di akhir tahun 2021 dimana covid sudah membaik dan beberapa kantor mulai mengharuskan pekerja nya masuk kantor, dimana memang pekerjaan mereka nggak bisa dikerjakan dari rumah.

Jalanan masih sangat menyenangkan, keadaan jalan nggak se chaos di awal 2022 dimana semua kantor yang sebenernya pekerja bisa dikerjakan dari rumah mulai memaksakan karyawannya masuk kantor. Jalanan jadi kembali chaos.

Pelajaran yang dibuang…

Bayangin kalian diberikan sebuah pelajaran yang mahal, di gembleng selama 3 tahun secara gratis dan cuma-cuma. Dan setelah 3 tahun berjalan, pelajaran yang mahal itu cuma jadi sejarah dan kenangan doang.

Sedih nggak sih?

Pemerintah dan perusahaan kayaknya nggak belajar banyak dari WFH yang dipaksa kemaren. Padahal result-nya udah lebih jelas loh ketimbang mindahin ibukota.

Masalah kemacetan selesai, kebahagiaan pegawai meningkat, produktifitas bagus. Kenapa ini masih belum cukup ya? Apa yang salah, kita yang nggak ngerti atau mereka yang tutup mata?

Bayangin untuk meningkatkan welfare dan motifasi pegawai, perusahan harus ngeluarin duit beratus-ratus juta per bulan. Ini mereka nggak perlu ngeluarin duit, bahkan bisa lebih saving, karena biaya operasional bisa diredam.

Disisi lain kami si pekerja merasa lebih dan sangat produktif, bangun tidur nggak pake babibu langsung nyalain laptop, meeting, habis itu kerja dan nggak sering kita bahkan kerja diluar jam kerja seharusnya karena ada maintenance dadakan. Minta duit lembur? Kagakkkkkkkkkk.

Masak yang begini nggak cukup?

Sebenarnya agak disayangkan sih, pembelajaran yang harusnya bisa menghasilkan win win solution malah dibuang gitu aja. Pelajaran yang dateng 100 tahun sekali dibuang gitu aja.

Akupun yakin kalo WFH masih meninggalkan banyak celah, tapi kalo celah ini bisa ditutup dengan manfaatnya ya kenapa nggak? Yo ora?

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet