Nggak ada yang salah dari sandwich generation
Jadi beberapa saat lalu, ada temen yang sharing gitu tentang orang tua mereka dan tentang sandwich generation. Dan kebetulan ada beberapa hal yang bikin janggal buat aku, terutama tentang bagaimana sandwich generation yang terjadi pada mereka ini terjadi. Oke, let me disclaim something first, jadi menurutku sandwich generation itu nggak papa dan nggak ada yang salah dengan sandwich generation.
Kenapa nggak masalah? Karena nggak ada yang bisa mengontrol sandwich generation. Beneran deh, kalo ditanya orang tua kita pasti mereka nggak mau nge sandwich generation anaknya. Dan bahkan nggak ada yang bisa menjamin kalian nantinya bakalan sandwich generation nggak ke anak kalian nanti.
Sandwich generation itu adalah bagian dari misteri alam. Ya gampangnya, usaha orang nggak ada yang tau. Sekarang kita maunya juga nggak membebani anak nantinya saat sudah tua, tapi kenyataan kan nggak ada yang tau, kehidupan punya caranya sendiri untuk bercanda. Investasi sekalipun nggak ada yang menjamin.
Mengingat aku sendiri juga terjebak dengan sandwich generation, dan aku nggak masalah dengan hal itu.
Cuman, ada yang salah dengan beberapa sandwich generation yang terjadi ke beberapa temanku. Gini, konsep sandwich generation itu kan adalah seorang anak yang harus menanggung beban orang tua dan beban keluarganya sendiri. Dan menurutku nggak semua orang tua layak ditanggung bebannya.
Ambil contoh, ada orang tua yang masih memiliki penghasilan dan memiliki kesehatan yang relatif bugar. Menurutku nggak layak men sandwich generation anaknya, mengingat masih memiliki penghasilan dan kesehatan yang masih bugar. Dan kalaupun memang orang tua kita masih sehat dan nggak memiliki pendapatan, ada baiknya kita buatkan usaha agar mereka bisa hidup mandiri.
Bukan bermaksud tega, tapi orang tua kita juga harus mengerti bahwa kita sebagai seorang anak masih baru saja memulai hidup. Masih banyak yang harus dikejar walaupun mungkin memiliki pendapatan yang besar. Akan ada waktu yang lebih tepat dimana kita harus menunjukan bakti kita kepada orang tua.
Memang sandwich generation adalah hal yang relatif rumit sih, mengingat banyak banget case yang memang abu-abu buat dibilang benar atau salah. Kalo menurutku pribadi, nggak pernah ada yang salah selama kitanya nggak merasa terbebani. Tapi saat kita nya merasa sudah terbebani dan membuat keuangan kita berantakan, ada baiknya meninjau ulang keputusan yang kita ambil.
Memang terkesan tega, tapi percaya deh orang tua kita itu sama seperti kita dulu terhadap mereka. Seorang anak kecil nggak pernah tau kan, mana yang bener dan mana yang salah, yang mereka tau cuman nunjuk dan nangis kalo nggak dibeliin. Tapi sikap yang diambil orang tua kita untuk nggak nurutin semua maunya kita ngajarin kita buat sadar bahwa resource orang tua juga ada batasnya.
Sama, kita pun bukan tega ke orang tua. Kebanyakan orang tua nggak ngerti seberapa besar batasan resource yang kita punya, kebanyakan dari mereka cuma tau kalo anaknya sukses dan memiliki pemasukan yang mapan. Makanya kita juga musti ajarin atau kasih tau ke orang tua kita bahwa resource kita juga terbatas. Nggak usah gengsi atau malu dibilang bukan anak sukses. Nggak usah takut orang tua kita kecewa, orang tajir juga punya batas kok.
Apalagi kita yang cuman budak korporat, ya walaupun gaji relatif tinggi, tapi kalo disuruh ngepulin dua dapur, tabungan lama kelamaan juga bakalan encok.
Aku yakin sih orang tua kita bakalan mengerti dengan keterbatasan yang kita miliki. Mengingat, mereka dulunya juga pernah bekerja. Hanya saja kadang kita memang sebagai anak nggak pernah mau membuat mereka kecewa, akhirnya apapun permintaannya selalu kita iyakan. Tanpa sadar, itu membuat mereka merasa bahwa resource kita itu tak terbatas.
“Tapi itu kan namanya durhaka ke orang tua nggak berbakti”. Ohhhh nggak, menurutku itu simbiosis mutualisme. Durhaka atau nggak berbakti itu, kalo orang tua kalian udah tua dan memiliki penyakit, dan kalian nggak mau menanggung biaya hidupnya, padahal kalian sanggup. Ini kan kasusnya orang tua kita masih sehat dan berpenghasilan, jatuhnya apa yang kita turutin itu semuanya bersifat tersier.
Yakin deh, orang tua pasti sedih kalo tau anaknya sampek nggak bisa nabung karena memenuhi kebutuhan mereka. Karena semua orang tua pasti pengen anaknya memiliki kemapanan dalam hidup. Hanya saja posisinya mereka itu nggak pernah tau detail tentang pendapatan dan pengeluaran kalian setiap bulannya.
Yang mereka tau hanya setiap mereka butuh, kalian selalu ada. Ternyata dibelakang itu semua kalian sering merelakan tabungan kalian untuk memenuhi kebutuhan tersier dari orang tua kita. Sedih pasti mereka kalo tau apa yang terjadi.
Karena sejauh yang aku tau, semua orang tua menginginkan kebahagiaan untuk anaknya. Dan yang tau bagaimana cara membuat kita ini bahagia ya kita sendiri, kita sendiri yang tau mana batas bahagia dan suffering kita.
Aku juga merasakan kok bagaimana bahagia nya melihat orang tua kita bahagia akan pemberian kita, tapi saat semuanya berlebihan dan ngebikin kita nggak bahagia, maka disaat itulah kalo orang tua kita tau, mereka juga nggak akan merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang mereka rasakan sebelum mereka tau kenyataan nya.
“Yaudah mereka nggak perlu tau kenyataannya kalo gitu”. Ya itu namanya kalian membiarkan orang tua kalian bahagia di mimpi semu mereka dong. Seolah-olah mereka bahagia tapi sebenarnya apa yang mereka cita-citakan nggak pernah tercapai. Sedih lo itu kalo mereka tau kenyataannya.