Ngebacotin Clubhouse

Pengalaman setelah make clubhouse seminggu

Light Bulp
4 min readFeb 20, 2021
Photo by Dmitry Mashkin on Unsplash

Holaaaa, belakangan rame banget ya yang ngomonin clubhouse, walaupun sejujurnya aku adalah orang yang twitter banget, yaaa tiktok beberapa kali. Tapi karena di dua platform itu banyak banget yang ngebacotin clubhouse ditambah group circle-ku pada ngomongin clubhouse juga, yaudah akhirnya minta diinvite temen buat bisa masuk ke clubhouse.

Dan setelah hampir seminggu nongkrongin clubhouse dan masuk ke beberapa topik pembicaraan, sekaligus mencoba buat ngamatin kelakuan temen-temen yang masuk clubhouse, akhirnya menemukan beberapa kesimpulan. Mari kita bahas satu per satu.

Kita mulai dari prospek clubhouse kedepan bakalan kaya gimana.

Menurutku nasib terbaik si clubhouse ini bakalan kaya si snapchat, dan nasib terburuknya bakalan kaya path. Kalo kalian masih ingat snapchat adalah platform pertama yang mengenalkan fitur semaca stories di instagram, dan mungkin beberapa dari kalian lupa atau nggak tau bahwa fitur stories di instagram, whatsapp dan facebook itu ada karena mereka nyontek fitur dari snapchat.

Menurut artikel yang aku baca, memang si facebook gagal mengakuisisi snapchat. Karena kayanya si snapchat masih pengen jalan sendirian. Karena gagal mengakuisisi, yaudah contek aja fiturnya. Istilah bosku dulu tuh ATM(Amati Tiru Modifikasi).

Nah, gimana dengan clubhouse? Ada sebuah cuitan menarik dari twitter yang kemarin tak temuin — sayangnya lupa di like atau capture — . Tapi kurang lebih cuitannya kaya gini:

Kalo clubhouse adalah cara baru buat bersosial, maka dia bakalan besar. Tapi kalo nggak, maka clubhouse tidak lebih dari sebuah fitur yang bisa dicontek sama pemain yang lebih besar

Tapi coba pikirin, twitter adalah cara baru untuk bersosial. Berapa orang bisa bikin sesuatu kaya twitter? Banyak banget. Tapi siapa yang bisa nyaingin twitter? No one. Karena apa yang dipunyai sama twitter bukan cuman sebuah fitur, tapi sebuah cara untuk bersosial yang baru dan sudah dijalankan bertahun-tahun yang bahkan udah punya nyawa sendiri.

Sekarang kita balik, gimana kalo suatu saat twitter bikin sesuatu yang kaya clubhouse? Kira-kira bakalan rame nggak? Yakin 120% pasti lebih rame dari clubhouse punya. Selain karena di twitter usernya udah lebih banyak, eksklusifitas yang dimiliki sama si clubhouse lama kelamaan bisa ngebunuh dia sebagai sebuah jejaring sosial.

Hal inilah yang menurutku terjadi dengan path. Kalo kalian inget, dulu awalnya path membatasi orang hanya berteman dengan 50 orang saja, dan jumlah pertemanan ini ditingkatkan jadi 150 orang pada 11 November 2011. Dan seingetku dulu, si path melakukan ini karena si path mengikuti sebuah riset bahwa setiap orang itu rata-rata hanya bisa mengenal baik orang maksimal sejumlah 50 orang.

Eksklusifitas ini yang menurutku membunuh path dengan perlahan, kenapa?

Karena dengan eksklusifitas ini, kita nggak bisa temenan sama sembarangan orang, nggak bisa ngefollow artis dan bahkan beberapa orang nggak bisa melakukan dagang disini karena terbatasnya orang yang bisa diajak berteman.

Nggak selang beberapa lama instagram menjawab kekurangan path dengan membolehkan kita berteman dengan sebanyak-banyaknya orang dengan tetap memfasilitasi para netizen buat pamer kegiatan mereka, eh…

Bagaimana dengan clubhouse? Sekarang di clubhouse kalian hanya bisa register kalo kalian di invite sama orang yang udah ada didalam clubhouse. Katanya sih ini masih beta version, jadi artinya kemungkinan nanti clubhouse akan dibuka untuk umum tanpa harus invite-invite an.

Tapi tetep aja, clubhouse itu se-eksklusif itu. Karena kalo disadari, kenapa twitter, facebook dan instagram bisa besar? Jawabannya karena mereka mengcover semua kalangan manusia dari kalangan atas sampe kalangan bawah. Semua orang bisa make facebook, semua orang bisa ngebacot di twitter dan semua orang bisa pamer di instagram.

Args : Loh bukanya bagus? dengan begitu nggak akan ada orang gajelas di clubhouse

Nggak dong, sadari bahwa orang-orang gajelas ini menjadi alasan kenapa sampe sekarang instagram dan twitter masih berjaya. Orang-orang nggak ada kerjaan ini lah yang ngebikin mereka masih punya traffic dan bisa masang iklan didalamnya dimana itu bisa menjadi pemasukan bagi instagram dan twitter.

Dan nggak main-main loh semakin besar trafficnya maka akan semakin besar juga yang diapetin sama si sosial media. Jadi semakin kalian sering pamer dan ngebacot nggak jelas di twitter atau di instagram, maka semakin besar pendapatan yang didapet sama mereka.

Sialnya, clubhouse kayanya nggak ngecover mereka yang ada dikalangan bawah, yang pengangguran dan nggak ada kerjaan selain pamer sama ngatain orang di twitter ini. Nggak percaya? Liat sekarang siapa yang nongkrong di clubhouse? CEO, karyawan dengan pencapaian tinggi, artis, dan manusa ambis lainnya. Belum ada tuh di bionya ditulis pengangguran dan beban keluarga.

Dan musti diakui bahwa konten suara doang tuh sekarang masih kurang diminati banyak orang, walaupun sekarang udah terkenal banget podcast-podcast-an, tapi podcast yang terkenal tuh podcast yang di youtube bukan yang di spotify atau apple podcast yang memang seharusnya habitat podcast berada.

Terus gimana clubhouse dapet duit? Rencananya nanti akan ada room yang berbayar dimana pasti yang bisa kaya begini ya cuman orang yang berpengaruh doang. Masak manusia biasa kaya aku gini bisa bikin room yang berbayar, yang bayar nggak ada, yang ngatain banyak.

Args: Lah brarti twitter dan teman-temannya memanfaatkan orang dong? Clubhouse lebih baik, cara cari duitnya dengan beli tiket

Wkwkwkwk, nggak ada cara yang baik dan buruk dalam mencari uang selama nggak merugikan orang lain.

Sadari ya bahwa twitter, facebook, instagram bahkan clubhouse itu bukan panti sosial yang melakukan segala sesuatunya dengan gratisan. Pasti mereka akan mencari cara supaya bisa menghasilkan uang sebanyak mungkin. Nah terutama untuk social media, traffic adalah sebuah keuntungan dan kerugian secara bersamaan.

Kenapa gitu? Karena semakin besar traffic yang diterima otomatis kerja server makin keras, dan semakin keras kerja server akan mempengaruhi pangalaman kita dalam mengakses sosial media tersebut. Makanya mereka musti nambah server lagi kalo trafficnya dirasa terlalu besar, dan harga satu server itu cukup buat ngebeli harga diri kalian — hehe candaa candaa — , mahal lah pokoknya.

Terus keuntungannya dimana? Traffic yang besar menghasilkan data yang besar juga dimana kalo dimanfaatkan dengan baik, data ini bisa dijadikan duit bossss. Bisa dengan memasangkan iklan sesuai dengan kriteria customer si pemasang iklan yang bikin iklan tuh lebih efektif jadinya. Dan masih banyak lagi lah.

oke, kayanya udah kepanjangan, yaudah gitu aja…

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet