Mengasiani Nggak Ngerubah Apapun

Light Bulp
3 min readJun 11, 2021

--

Photo by Andreea Popa on Unsplash

Ada sebuah kebiasaan yang aku coba bentuk didalam keluarga kecilku, dimulai dari istri sampai anakku kelak jika sudah dikaruniai. Kebiasaan ini adalah tidak mengucapkan atau mengasiani siapapun yang sedang bekerja. Simple toh? Tapi tunggu dulu, kita sering banget kan ngomong ada pemulung dipinggir jalan terus ngomong “Kasian ya panas-panas gini harus mulung”.

Sebenernya alasannya simple sih kenapa kebiasaan ini pengen tak budayakan didalam keluarga kecilku, karena aku nggak pengen dikasihani saat aku bekerja. Aku nggak tau ya perasaan kalian gimana, tapi saat ada orang yang bilang ke aku “kasian ya kamu kerja dari pagi sampe malem gini” sejujurnya aku ngerasa nggak nyaman.

Kenapa? Jawabannya ya karena kita kerja, bukan minta-minta atau pengangguran.

Lagian siapa kita mengasihani orang lain yang sedang menjalankan perannya. Aku tu yakin banget bahwa kita lahir didunia ini untuk menjalankan peran kita masing-masing, ada yang jadi orang kantoran dan ada yang jadi pekerja lapangan bahkan seorang pemulung sekalipun.

Gagasan nggak mau mengasiani orang yang lagi kerja ini tuh sebenernya keluar pas aku lagi duduk didepan rumah pagi-pagi dan nggak sengaja ngeliat orang lagi ngangkut sampah didepan rumah.

Trus tiba-tiba aku kepikiran, gimana kalo aku bisa ngerubah nasib orang dalam sekejap. Nggak ada lagi orang bernasib seperti beliau yang pake baju lusuh, mandi keringet dan harus mengais sampah yang bau. Otomatis harus mikirin dong, nasib pekerjaan beliau.

Aku kepikiran untuk jadiin orang-orang seperti beliau ini lebih berpendidikan, dan memiliki wawasan yang luas, sehingga mereka bisa jadi pebisnis atau pekerja kantoran. Nah disinilah aku mulai kepikiran.

Kalo semua orang itu pinter dan berpendidikan serta berwawasan luas, maka siapa orang yang bakalan ngangkat sampah didepan rumah kalian yang lagi numpuk itu? Siapa orang yang mau menyisihkan waktunya buat nyapu pinggiran jalan kota yang penuh sampah dan daun-daun yang gugur?

Nggak ada pasti, karena semua orang yang pintar dan berwawasan luas pasti mau jadi orang yang memiliki kehidupan yang nyaman pula. Trus gimana? Akan ada kekosongan peran dong?

Meskipun demikian hidup itu menganut paham apa yang ditanam itulah yang kita tuai. Dalam satu kelas pelajaran SD sampe SMA biasanya akan selalu ada anak yang bandelnya naudzubillah, udah bandel, lahir dari keluarga yang kurang berada dan cenderung susah diatur.

Kira-kira kalo anak macam ini dapet pekerjaan yang mumpuni, hidup nyaman dan menjalankan kehidupan masa tuanya dengan bergelimang harta, adil nggak menurut kalian?

Lah berarti adil dong buat anak yang bandel dan memiliki masa depan cerah karena orang tuanya memiliki pengaruh atau kaya raya?

Jawabannya, adil. Karena kalian nggak pernah tau apa yang ditanam orang tuanya kan? Bisa jadi orang tuanya menanam sesuatu yang buahnya bisa sangat lebat dan bisa dimakan hingga ke keturunannya. Tapi menanam buah selebat itupun membawa sebuah resiko.

Intinya adalah nggak ada hal yang terjadi begitu saja, orang yang bekerja dengan apapun profesi yang mereka jalani hari ini pasti datang dari cerita yang panjang. Kita nggak pernah tau jalan cerita macam apa yang sudah mereka jalani.

Seperti yang kita tau, masing-masing cerita punya antagonis, protagonis dan plot-nya masing-masing. Yang sedang orang-orang ini jalani sekarang adalah salah satu dari plot cerita yang harus mereka jalani karena keputusan yang sudah diambil sebelumnya.

Dan nggak ada peran yang lebih tinggi dan lebih rendah, mengasihani kan artinya kita merasa berada diatas mereka dan mereka ada dibawah kita dalam konteks yang kita kasiani.

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet