Kemiskinan struktural, sulit tapi bisa

Light Bulp
3 min readJun 4, 2023

--

Photo by Tejash Verma on Unsplash

Mari kita bahas tentang kemiskinan struktural. Kebetulan tadi pagi di twitter ada yang ngebahas masalah ini, terus aku kepikiran kalo kemiskinan struktural ini adalah masalah besar yang ada disekitar kita tapi kitanya nggak sadar.

Mungkin untuk beberapa orang akan mikir “ah males aja tuh mereka”, tapi percayalah ini bukan males, ini lebih ke keadaan hidup.

Siapa orang mau jadi miskin, siapa orang mau jadi bodoh? Nggak ada pasti. Semua orang pengen naik BMW, pake jas rapi dan di gaji puluhan juta tiap bulannya. Sebenernya kalo mau sih udah banyak contohnya, tinggal ngikutin aja apa yang mereka lakuin, 70% dari perjalanan kita sudah ada di jalan yang benar.

Ngebayangin kemiskinan struktural itu sebenernya gampang, bayangin kalian lahir di keluarga yang miskin, dari kecil makanan nggak bergizi, nggak pernah ngeliat orang sukses di sekitar kalian.

Bahkan di seumur hidup sampek hari ini kalian nggak pernah sama sekali liburan.

Kalo ada yang bilang “ah mereka males aja kali”, sebenernya mungkin ada benernya. Tapi aku lebih senang menyebut mereka nggak punya motivasi. Ketimbang menyebut mereka males.

Karena gini, kalo kita bekerja di pabrik parfum, ya kemungkinan besar pasti kita kecipratan wanginya. Kalo kita bekerja sebagai tukang sedot WC, kemungkinan besar bau tai. Hal ini udah nggak mengagetkan harusnya.

Kalo di sepanjang hidup, kita nggak pernah ngeliat orang sukses sambil nenteng macbook dan dengan dandanan yang mentereng, maka nggak akan pernah muncul motivasi di dalam diri untuk nge-push dan belajar untuk jadi lebih baik.

“Yaaa, tapi di tv dan media kan banyak contohnya, sekarang dunia udah serba internet boss”

Pernah ngerasa nggak saat ada kolega atau teman relasi kantor yang meninggal dan kita dapat kabar tersebut di pagi-pagi buta. Gimana perasaan mu? Sedih? Terkejut?

Oke, gimana kalo yang meninggal adalah bos atau CEO kantor yang selama ini nggak pernah kalian temui dan hanya tau namanya saja. Masih sedih? Atau hanya terkejut?

Nah, hal yang sama berlaku untuk temen-temen yang berada dalam kemiskinan struktural. Mereka tau kalo diluar sana banyak orang-orang sukses, bahkan nggak sedikit yang mengenal nama-nama besar seperti bill gates ataupun steve jobs.

Masalahnya nama-nama besar ini nggak cukup memotivasi untuk mereka karena nama-nama besar ini terlalu jauh dari kehidupan nyata yang mereka alami. Keberadaan mereka tidak relate dengan kehidupan teman-teman kita ini.

kita hidup di dunia dimana simpati dan empati sangat susah terbangun untuk mereka yang tidak kita kenal.

Pertanyaan terbesar nya adalah bisa nggak kemiskinan struktural ini berhenti? Jawabannya bisa dan aku yakin bisa, tapi sangat amat sulit.

Bayangkan ada motor tua umur 85 tahun 125 cc, dan ada motor ninja berumur 4 tahun 250 cc. Lalu kedua motor ini diletakan di garis start yang sama dengan lintasan yang sama, dan halang rintang yang sama.

Pertanyaannya siapa yang akan menang? Jelas ninja memiliki peluang menang lebih dari 90%. Tapi apakah si motor tua ini nggak akan menyentuh garis finish? Nggak juga, masih sangat mungkin dan bisa menyentuh garis finish.

Permasalahannya ada di joki si motor aja, untuk penjoki motor ninja pasti semangat untuk menarik gas karena dia tau keadaan motor yang prima dan kemungkinan menyentuh garis finish lebih cepat sudah ada ditangan.

Sedangkan penjoki si motor tua rawan terkena demotivasi mengingat motornya yang berjalan terseok-seok dan rawan rontok mengingat rintangan yang ada didepan terlalu tajam.

Walaupun kalo di jalani sangat pelan dan perlahan tetap bisa sampai finish, tapi memang butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra, serta waktu yang tidak sedikit.

Makanya untuk temen-temen yang berada dalam kondisi ini harus pintar-pintar memanage ekspektasi, karena kalo tidak, kebanyakan akan langsung demotivasi di awal.

Apa yang diharapkan dari motor tua dengan sekrup berkaratnya melewati rintangan yang begitu tajam dan menyiksa? Nyampek ke garis finish aja udah bagus.

Karena puas adalah bentuk paling sempurna untuk menghargai segala keringat dan air mata yang menetes

Intinya kemiskinan struktural bisa di retas asal ada kemauan dari orang yang ada didalamnya. Kemauan untuk melewati waktu yang melelahkan, jalan yang menyiksa dan perubahan-perubahan yang tak terduga.

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet