Malas adalah solusi

Light Bulp
4 min readJul 29, 2021

--

Photo by Adrian Swancar on Unsplash

Mungkin banyak teman kerjaku yang sebel sama kemalesanku dalam melakukan banyak hal, aku ini orang yang malesnya udah stadium 4 kadang-kadang. Aku bakalan lebih milih buat adu mulut sama atasan ketimbang melakukan pekerjaan yang nggak efektif, karena menurutku melakukan pekerjaan yang nggak efektif itu buang-buang waktu.

Beberapa orang berakhir sebel sama kelakuanku terkadang, cuma ijinkan aku menjelaskan kenapa aku menjadi orang yang menyebalkan dan nurutin kemalesanku. Alasan utamanya adalah, dalam 24 jam kita nggak bener-bener bisa merasakan semua waktu tersebut. Karena sebagian kita gunakan untuk beraktivitas, dan sebagian yang lain untuk tidur.

Aktivitas pun nggak semuanya berupa bekerja, dari mulai bekerja dan menyenangkan diri sendiri. Nggak tau kenapa, tapi dalam satu har akui selalu dan usahakan menyisihkan waktu untuk menyenangkan diri sendiri. Entah main game, nulis, bikin podcast atau nge youtube. Yaaa pilih salah satu lah, setidaknya dalam 24 jam ini harus ada waktu untuk menjaga kewarasan setelah polemik kantor terjadi.

Nah, bayangkan jika ada bos kantor minta kita mengerjakan sebuah pekerjaan yang nggak efektif dan membuang banyak waktu sehingga kita kerja melebihi waktu yang dibayar perusahaan terhadap kita. Ingat loh, kita ini bekerja menjual jasa. Dan dalam akad jual beli selalu ada ukuran didalamnya.

Katakanlah kalian digaji 4 juta per bulan, dan dalam peraturan perusahaan jam kerja adalah 8 jam sehari. Jadi dalam 8 jam itu anda dibayar 200.000 rupiah. Diluar 8 jam kerja tersebut adalah sumbangan. Sayangnya kalo tiap hari disuruh nyumbang, tekor juga bro.

Tukang nasgor ngasih bonus juga nggak tiap hari, kenapa? Bangkrut bosss kalo tiap hari ngasih bonus.

Makanya jangan heran kalo ada orang yang kerja dibayar gede tapi bisa gila, karena mereka hanya menyisihkan waktu yang sangat sedikit dalam sehari untuk menjaga kewarasan mereka. Atau bahkan mereka nggak menyisihkan waktu sama sekali untuk menjaga kewarasannya, wajar kalo mereka gila.

Coy, penyakit jantung masih bisa dioperasi. Tapi kalo gila, apanya yang mau dioperasi? Paling anti depresan doang solusinya. Itupun efeknya sementara, gilanya balik lagi pas liat paras bos dikantor. Makanya buat kalian yang udah punya anak buah, kalo mau mereka bekerja dengan maksimal, ya jangan dibikin gila.

Kecuali kalian emang menghendaki mereka gila, karena cuma orang gila yang kalo disuruh apa-apa cuman “iya” “siap” sama “oke bos”. Orang waras adalah orang yang masih punya capability buat mempertahankan kesehatan mentalnya.

Malas itu terkadang sebuah solusi, permasalahannya adalah banyak orang yang nggak bisa melihat sebuah solusi dari kemalasan. Kebanyakan orang menganggap kemalasan adalah sebuah ujian. Padahal tidak, untuk kalian yang sudah bekerja selama 8 jam dan masih disuruh lembur dan nggak dibayar lalu kalian males, maka males adalah sebuah jalan keluar.

Lakukan sebuah aksi, mungkin dengan menolak secara halus atau membuat alasan yang seolah urgent sehingga kalian bisa lepas dari ranjau tikus tersebut.

“Gimana kalo nanti aku nggak dapet promosi dari si bos?”, nah ini yang mau tak protes sebenarnya. Katakanlah ada seorang bos punya 3 anak buah, si A, B dan C, dimana 3 orang ini memiliki status yang sama yaitu sebagai seorang junior. Dalam kesehariannya si A dan B bekerja sebagaimana seorang junior bekerja. Sedangkan si C kebetulan sering bantuin bos ngerjain kerjaan senior.

Pertanyaannya kalo kalian adalah seorang bos, mana yang mau kalian promosikan? Kalo secara subjective pasti C yang akan naik. Tapi kalian digaji tinggi bukan untuk menciptakan anak emas kan?

Let’s be objective and professional. Buat aku yang pemalas, kalo aku digaji sebagai junior, ya aku ngerjain kerjaan junior, ngapain ngerjain kerjaan senior! Sabar-sabar, biar tak jelasin dulu. Kalo kalian pemilik bengkel, dan ada customer yang datang dan minta ganti oli, kalian bakalan ganti olinya doang apa ganti rantainya juga?

Pasti untuk orang normal bakalan nge-ganti olinya doang dong, kenapa? Ya karena takut si customer nya nggak bisa bayar kalo kita ngenganti rantai juga. Kalo mereka nggak bisa bayar, kita harus gimana? Nuntut mereka buat bayar? Nggak mungkin dong, yang ada kalian bakalan dibilang tukang peras.

Nah sama, kalo si A dan B di hire sebagai seorang junior, dan mereka bekerja dengan porsi junior walaupun kalian sadar kalo mereka ini belum mengeluarkan semua potensinya, bukan berarti mereka nggak layak untuk dapet promosi. Justru kesempatan si A, B dan C untuk sebuah promosi itu sama.

Alasannya adalah karena si A dan B juga orang yang sama professional-nya sama C, mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan gaji dan tujuan mereka di hire. So kenapa kesempatan C lebih besar?

Si C ngasih kalian bonus kerja sebagai seorang senior, juga nggak cuma-cuma. Mereka kerja bukan buat cari ilmu, tapi cari duit dan butuh pengakuan. Bayangkan tiba-tiba si C yang kalian anak emaskan mengajukan surat resign, dan dia mengajukan persyaratan naik gaji 3 kali lipat dari gajinya sekarang untuk mau stay di perusahaan, apa kalian nggak ngerasa diperas?

“Tapi kan kalo mau ganti rantai bisa nanya dulu kan? Nggak harus langsung diganti”. Bener sih, tapi dalam case kerja, sama bos nggak bisa gitu pak. Kalian mau nanya ke bos “bos, ini saya kerjain, tapi quarter depan naik gaji ya?” gitu? Yang ada kalian nggak akan dapet promosi selamanya.

Terserah, kalian mau setuju apa nggak. Tapi hari ini menjaga kewarasan adalah sebuah prioritas selain mencari uang. Musti diakui kalo nggak ada duit susah warasnya, tapi banyak duit juga kadang susah warasnya.

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet