Kenapa konsumen yang dihukum?
Mumpung sekarang lagi ada seorang dokter yang ketangkep karena mereview sebuah produk, izinkan saya mengeluarkan pendapat seberapa penting suara konsumen sebenarnya. Karena kasus penangkapan dokter dan cekcok sama artis ini nggak sulit sih menilainya, nggak ada yang ambigu.
Si dokter adalah seorang konsumen yang kebetulan memiliki latar belakang dokter kulit yang memang kebetulan kepo banget sama bahan baku yang digunakan sama sebuah merk kosmetik. Yang memang dengan kesadaran penuh beliau mengungkapkan pendapat beliau sebagai seorang dokter kulit tentang bahan-bahan yang digunakan.
Terlepas dari benar dan salahnya informasi yang dokter itu berikan, entah karena produknya palsu atau tidak, kita sebagai konsumen berhak tahu bahan baku apa saja yang ada di dalam sebuah produk. Kalaupun doi miss informasi karena beli barang yang palsu, harusnya yang kena masalah hukum adalah seller yang jual barang palsu.
Sayang aja kalo ada seorang konsumen yang kena hukuman gara-gara nge review sebuah produk dari sudut pandang dan data yang dipunya sama si konsumen ini. Karena bukan nggak mungkin kita nanti bakalan juga dipermasalahkan karena komplain sebuah makanan nggak enak dan mengandung bahan berbahaya.
Ironis kan?
Dan beredar sebuah video yang mengatakan bahwa dokter ini nggak pernah izin untuk ngereview produk tersebut. Ya memang harusnya nggak izin dong. Kalo doi izin dan ngomong mau diuji lab dan ternyata barang tersebut menyalahi aturan, ya pasti nggak akan dikasih izin sama si pemilik. Itu sama kaya penyelundup narkoba terang-terangan ngomong cara mereka melakukan penyelundupan.
Menurutku pribadi kita sebagai seorang konsumen juga harus dilindungi hak-hak nya. Termasuk hak mengeluarkan suara terhadap sebuah produk. Katakanlah ada orang yang mengatakan sebuah makanan nggak enak, walaupun orang itu adalah influencer sekalipun sebenarnya itu tetep hak mereka untuk menilai sebuah makanan.
Mau dia influencer atau manusia biasa yang jalan di pinggiran trotoar sore-sore, mereka tetaplah seorang konsumen yang memiliki hak yang sama untuk bersuara tentang sebuah produk. Ini kan alasan kenapa pembajakan produk itu merugikan penjual aslinya, karena kalo orang lain mereview sebuah produk buruk hanya karena produk bajakan, maka produk aslinya bakalan kena imbasnya.
Jangan menilai konsumen dari pengaruhnya, karena sebenarnya konsumen yang berpengaruh ataupun tidak, mereka tetap konsumen yang memiliki hak untuk bersuara. Kalau nggak mau produknya tercoreng, ya jangan bikin ulah dalam membuat sebuah produk. Nggak adil untuk mereka yang memiliki pengaruh dong kalo mereka nggak boleh mengeluarkan pendapatnya.
Jadi jangan disalahkan konsumen yang menilai, salahin yang jual produk bajakan.
“Loh, kan udah tau itu bajakan, kenapa dibeli?”, ya mungkin di beberapa produk membedakan mana yang bajakan dan mana yang asli itu gampang. Tapi ada produk yang susah dibedakan mana yang asli mana yang palsu. Terus masak mau nyalahin konsumen?
Contoh coca-cola, minuman mereka jelas-jelas dipinggirin sama cristiano ronaldo dan membuat kapitalisasi pasar mereka turun jutaan dolar. Apa yang dilakukan coca cola? Mau menuntut cristiano ronaldo? Ya ngapain anjir, itu udah haknya si CR buat nggak minum coca cola. Mau saham anjlok atau nggak itu namanya reaksi pasar.
Intinya adalah, konsumen berhak menilai apapun terhadap sebuah produk, bahkan membongkar isi dari bahan pembuatan produk. Kita sebagai konsumen juga berhak ngomong kalo ada yang salah dalam sebuah produk, supaya nggak ada orang lain yang kena dampak buruk dari sebuah produk.
Kalo penjualan kalian menurun, ya itu namanya reaksi pasar. Kalo mau reaksi pasar bagus, ya buat tandingan marketing yang bisa membuat pasar bereaksi positif lagi.
Kalo dikit-dikit ngomong polisi dan ranah hukum, mendingan jangan bisnis. Namanya juga bisnis, dikasih penilaian kok ngamuk.