Just do it
Gausah banyak mikir, belum tentu yang kalian pikirin membuahkan hasil dan belum tentu gagal juga
Mari kita belajar dari sebuah slogan yang dimiliki oleh salah satu brand olahraga yang cukup terkenal, yaitu “just do it”. Yap bener, slogannya nike. Salah satu slogan yang belakangan ngebikin aku bisa ngelakuin banyak hal. Dan ajaibnya banyak beban yang bisa ditinggal juga dengan menerapkan apa yang slogan ini tawarkan.
Jadi, aku adalah orang yang serba pemikir dimana hampir setiap tindakan yang aku lakuin selalu tak pikirin baik-baik dampaknya. Tapi entah kenapa semakin aku banyak mikir, kadang hasilnya hanya kecewa dan jadi nggak banyak yang bisa dilakuin. Dan nggak jarang hasilnya adalah penyesalan karena banyak tindakan yang nggak tak ambil karena berbagai macam pertimbangan.
Belakangan, aku mikir apa yang bikin gerak ku ini seolah lambat dan malah jadi penyesalan? Salah satunya adalah karena aku nggak ngelakuin apapun karena kadang takut dibilang bodoh, atau bahkan karena takut menyakiti hati orang lain.
Jujur aja, aku adalah orang yang kadang jaga gengsi tinggi. Dan ini ngebikin aku takut dianggep jadi orang bodoh, belakangan aku mikir ketakutanku dianggap jadi orang bodoh ini jadi beban yang lumayan berat untuk aku gerak dan melakukan sesuatu. Jadi aku memutuskan untuk nggak papa orang menganggap aku bodoh kalo emang aku bodoh.
Dan ini bikin langkah kakiku jadi jauh lebih ringan buat ngelakuin apapun yang aku pengen lakuin. Nggak pernah takut dengan anggapan orang adalah salah satu beban yang bisa tak lepas dari pundakku yang akhirnya aku bisa ngelakuin banyak hal.
Sujiwo tejo pernah ngomong dalam satu sesi wawancara sama soleh solihun, kalo dianggap baik itu beban. Sama kaya kalo kalian dianggap pintar, itu sebuah beban yang nggak kalah beratnya. Mending dianggap bodoh aja, nggak ada beban moral yang harus ditanggung.
Kalo ngelakuin hal yang bener orang bakalan seneng, tapi kalo ngelakuin kesalahan orang bakalan memaklumi toh kita orang bodoh di hadapan mereka. Jadi just do it aja.
Jaman sekarang, orang seneng banget nerima pujian dan pelan-pelan pujian itu menjelma menjadi sebuah predikat. Dan didalam sebuah predikat selalu ada beban yang harus ditanggung.
Semua orang pengen dianggap menjadi orang menyenangkan dan jadi orang baik. Padahal nggak usah ambil pusing sama anggapan orang yang menurut kalian nggak penting-penting amat dalam hidup kalian. Karena bakalan capek buat menjaga anggapan semua orang terhadap kita.
Ini adalah beban kedua yang berhasil tak lepasin. Sekarang aku nggak akan berusaha untuk dianggap baik sama semua orang. Selama orang yang ada di sekitarku dan mereka yang tak anggep penting dalam hidupku masih menganggap aku orang baik, maka nggak ada yang perlu dipusingkan.
Karena percaya deh, nggak ada yang lebih sulit daripada ngemantain ekspektasi orang terhadap kita. Dan capek juga menjadi orang baik dihadapan semua orang, karena definisi baik masing-masing orang itu berbeda, bahkan nggak sering bertolak belakang.
Percaya deh, ini bakalan ngebikin kalian nggak bisa melakukan banyak hal hanya karena menjaga ekspektasi orang terhadap kalian. Udah capek, nggak menghasilkan lagi.
Tapi kan kadang orang yang kita nggak anggep penting ternyata bisa nolong kita dalam keadaan yang paling sulit. Yap bener, tapi permasalahannya adalah menjaga ekspektasi orang itu udah pasti capek dan nggak ada kepastian kalian bisa ngemantain ekspektasi orang. Belum tentu orang yang ekspektasinya kalian jaga bakalan berguna buat kalian.
Bisa jadi kan, orang yang ekspektasinya kalian patahkan justru yang akan bantu kalian. Menurutku, menolong itu masalah hati nurani. Jadi nggak perlu kita harus jadi orang baik dulu untuk patut ditolong, lagian baik dan jahat itu sifatnya subjektif banget. Jadi nggak usah ambil pusing sama dianggap baik atau jahat sama orang lain.
“Just do it” ajah.