Jangan dijauhi, tapi jangan diikuti

Light Bulp
3 min readDec 5, 2022

--

Photo by Margaux Bellott on Unsplash

Yok ngomongin LGBTQ atau istilah lainnya adalah kaum pelangi, yang belakangan banyak banget dibicarakan seiring berjalannya piala dunia di Qatar kemaren. Apalagi salah satu negara yang sudah mentolerir kegiatan LGBT ini melakukan gerakan tutup mulut dilapangan Qatar.

Oke jujur kalo dari aku pribadi aku agak terganggu dengan gerakan LGBTQ yang belakangan makin terasa radikal sekali sampai masuk ke sektor film, yang lebih parahnya masuk ke sektor film yang genrenya untuk anak-anak.

Disclaimer, silahkan kalian beranggapan aku nggak open minded atau apalah. Tapi melihat gerakan mereka yang sudah mulai mengada-ngada bahkan sampek masuk ke ranah film animasi yang notabene ditonton loh sama anak-anak, ini udah mulai keterlaluan sih.

Kalian boleh suka boleh nggak, tapi LGBT itu adalah sebuah penyimpangan, mau kalian ngomong “yaaa mereka nggak minta kok dilahirkan seperti itu” itu nggak merubah fakta bahwa LGBT merupakan bentuk penyimpangan.

Kalo kita ngomongin hidup, maka akan selalu ada garis kenormalan dalam hal apapun. Dan saat ada sesuatu yang menyimpang dari garis tersebut maka mereka akan berusaha gimana caranya untuk kembali ke garis kenormalan itu.

Ambil contoh, normalnya manusia memiliki 2 tangan dan 2 kaki. Maka saat ada orang yang memiliki kekurangan dengan dilahirkan hanya memiliki 1 tangan, mereka akan berusaha bagaimana caranya bisa memiliki 1 tangan tambahan berupa tangan prostetik. Kenapa demikian?

Karena mereka sadar, memiliki 1 tangan merupakan ketidak normalan yang menyusahkan hidup. Maka untuk kembali ke garis kenormalan, dia berusaha untuk menambah satu tangan lagi walaupun itu tangan buatan.

Demikian dengan LGBT, dimana normalnya manusia itu menyukai lawan jenis, dimana kalau ada manusia yang menyukai sesama jenis, maka ini bisa disebut dengan penyimpangan. Salah kah mereka? Ya nggak salah, wong mereka seperti itu juga nggak minta.

Tapi apa yang harus mereka lakukan? Sama dengan orang yang menyambung tangan prostetik tadi, harusnya mereka berusaha bagaimana caranya untuk bisa kembali ke titik kenormalan seharusnya, walaupun tidak sempurna kembali ke jalan normal, tapi setidaknya belokannya tidak terlalu tajam.

Nah ini sekarang malah minta diakui bahwa ketidaknormalan mereka adalah kenormalan yang baru. Kan gila, ini sama aja kaya orang lagi sakit jantung terus minta diakui bahwa detak jantung dia juga normal, hanya lebih lemah saja. Yang ada mati konyol lah.

Gini, memang keberadaan mereka tidak boleh dipermasalahkan atau di kucilkan, tapi bukan berarti mereka benar dengan meng encourage orang lain atau anak-anak untuk mewajarkan tindakan seperti itu.

Gimana kalo ada anak-anak yang sudah memiliki kecenderungan LGBT dan malah lebih yakin untuk LGBT karena melihat sosok kartun kesayangan mereka pun nggak masalah dengan keadaan LGBT nya.

Kan sedih, harusnya dia bisa selamat karena lingkungannya sedang berusaha membuat anak ini menjadi anak yang normal, tapi malah rusak karena tontonan yang menjerumuskan dengan menormalkan hal yang seharusnya nggak normal.

Intinya, aku setuju kalau kita harus bersikap baik ke mereka dan memanusiakan mereka terlepas mereka memiliki kekurangan LGBTQ atau tidak. Tapi memaklumi tindakan atau penyimpangan yang seharusnya tidak boleh dilakukan itu ya jangan dong….

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet