Hustle culture is strategy
Belakangan, hustle culture jadi pembicaraan yang lumayan hangat. Mungkin karena pelaku hustle culture ini banyak dan nggak sadar juga kalo mereka sedang menjalani hustle culture. Dan yang menarik adalah banyak orang yang membanggakan hustle culture yang mereka jalani, yang sebenernya ya nggak papa juga kalo mau dibanggakan.
Mungkin tak jelasin sedikit, hustle culture itu adalah sebuah tindakan bekerja yang berlebihan untuk mendapatkan sesuatu. Entah itu penghormatan ataupun kemapanan financial. Dan kebanyakan hustle culture memang dilakukan sama orang yang secara jabatan masih relatif rendah dalam dunia kerja.
Salah satu alasan kenapa hustle culture ini terjadi sebenarnya adalah karena budaya perusahaan. Masih banyak banget budaya perusahaan yang merasa benar melakukan hustle culture ini karena mereka bisa bayar uang lembur karyawannya. Padahal jelas dalam peraturan dari negara ada jam maksimal untuk pekerja dalam satu bulan.
Dan sebenarnya dalam beberapa kasus memang hustle culture ini dipake orang untuk mengais uang sebanyak-banyaknya. Karena dengan mereka bekerja lembur akhirnya mereka bisa mencapai kondisi financial yang mereka anggap fit.
Ironisnya adalah ada orang yang memiliki pengeluaran bulanan lebih besar dari pendapatannya, yang mengakibatkan mereka harus rela menjalani jam kerja yang lebih panjang demi mendapatkan uang lembur. Tapi apakah ini bisa dibanggakan?
Tergantung, mereka menjalani ini demi apa? Kalo demi pendapatan, ya jelas bisa dibanggakan. Karena suka atau nggak, kalian yang tidak menjalani hustle culture nggak bisa mencapai sebanyak mereka yang menjalani hustle culture.
Dan kayaknya akan sulit untuk mengajak orang meninggalkan hustle culture. Terutama ngajakin orang yang jabatannya masih rendah. Karena terbukti bahwa hustle culture memang menjanjikan karir yang bagus dan meningkatkan pendapatan. Nggak percaya? Kalo kalian kerja di perusahaan yang udah tua, coba tanya atasan kalian, mereka dulu kerja kayak apa.
Pasti nggak jauh-jauh dari kerja dari pagi ampe malem atau harus ninggalin istri dan anak-anak di weekend. Karena ya memang works, dalam dunia kerja ada orang yang secara skill mereka biasa aja tapi secara kegigihan dan tenaga mereka berlebih. Orang-orang yang seperti inilah yang pasti lebih memilih jalan hustle culture untuk mendapatkan karir yang mereka mau.
Karena dalam dunia pekerjaan, kalo kalian nggak bisa menjadi orang terpintar maka jadilah orang yang paling tahan banting.
Pada dasarnya dunia karir memang agak kejam, karena kita nggak punya banyak waktu untuk menduduki posisi karir yang kita mau sebelum ada generasi yang lebih muda dan lebih kuat secara tenaga yang akan bersaing dengan kita. Saat waktu itu datang, maka kita akan kesulitan untuk sampai pada posisi karir yang kita mau.
Beberapa orang ngomong kalo hustle culture ini nggak baik, yap aku setuju. Tapi percaya deh untuk orang medioker yang secara skill nggak jago-jago amat, hustle culture adalah jalan yang paling masuk akal untuk mereka tempuh. Istilahnya kalo orang yang larinya kenceng dia nggak akan bertahan lama di marathon. Tapi mereka yang kuat marathon, nggak akan bisa lari kenceng.
Intinya adalah, hustle culture ini adalah bagian dari strategi orang untuk mencapai posisi karir yang mereka mau. Karena ya memang faktanya atasan atau perusahaan masih seneng sama orang yang bekerja larut malam dan terlihat gigih dalam mengerjakan pekerjaannya.
Hustle culture itu salah satu strategi orang yang nggak bisa lari kenceng, mereka lebih memilih jalan yang panjang yang nggak bisa dilakukan sama orang yang larinya kenceng. Jadi, nggak usah ngerasa kalo orang yang melakukan hustle culture itu buruk. It’s part of strategy bro.