Hidup Kok Habis Buat Lari

Light Bulp
3 min readJul 26, 2022

--

Photo by Jenny Hill on Unsplash

Oke, beberapa hari yang lalu aku main bareng sama 3 orang temen ke Malang dan selayaknya dunia pertemanan, kami sharing banyak banget hal disana dan ada sebuah kutipan menarik dari salah seorang temenku yang sayang banget kalo nggak jadi konten wkwkwkwk 🤣

Disatu waktu di mana kita lagi ngobrol kita sedang membahas tentang gaji, yang kebetulan ada seorang temen yang memang gajinya diatas rata-rata. Terus aku iseng nanya “gimana perasaanmu punya gaji segitu banyaknya?” terus dia jawab “yaaaa, seneng”. Tiba-tiba ada temen lain nyautin “sebenernya kalo kamu sadar ya, senengnya orang yang dapet gaji gede tuh sama kayak senengnya orang yang dapet gaji biasa aja”.

Duarrrrrr, tiba-tiba aku inget kalo beberapa bulan yang lalu aku pernah nulis tentang sebuah fenomena aneh dimana banyak orang yang pemikiran nggak masalah aku sedih atau nangis asal diatas mobil ferrari. Kalo kalian ngikutin artikelku pasti pernah baca tentang quote yang satu ini.

Seolah-olah apa yang dibicarakan temenku ini membenarkan apa yang pernah tak tulis beberapa bulan yang lalu.

Jangan-jangan selama ini orang sibuk banget kerja, cari duit dibela-belain ampe nggak tidur siang dan malam untuk bisa menjadi kaya itu hanya sebuah lintasan panjang tanpa ujung? Karena kalo ngomong pengen jadi kaya, maka pertanyaan setelahnya adalah sekaya apa?

Banyak yang bilang yaaa pokoknya punya mobil banyak dan rumah bagus lah. Tapi pernah nggak kalian lagi pengen banget smartphone, lalu tanpa diduga orang tua kalian membelikan barang tersebut, setelah berjalan 1 tahun barang itu tak lagi se special dulu sebelum kalian memiliki barang tersebut.

Smartphone tercanggih pada masanya ternyata hanya sebuah smartphone.

Lalu keinginan lain muncul, dan ambisi baru terbentuk sehingga langkah selanjutnya adalah mengejar kembali. Kaki yang awalnya terasa ringan kembali berat dengan beban barunya. Pertanyaannya bukan lagi mau sekaya apa? Tapi kapan mau berhenti?

Jangan-jangan selama ini kita seperti kucing yang ngejar buntutnya sendiri, ngerasa udah berjalan jauh, tapi sebenernya nggak pernah kemana-mana. Udah punya banyak hal, tapi nggak punya waktu untuk bahagia dengan apa yang kita punya.

Punya smart tv tapi nggak pernah ditonton karena nggak ada waktu, atau punya mobil keren tapi nggak pernah ngerasain ke kerenannya karena kalo berangkat kerja kita cuman bengong mikirin kemacetan sepanjang jalan.

Entah kenapa aku ngerasa hidup itu mungkin hanya tentang berjalan dan menikmati perjalanan sampai Tuhan menyuruh kita untuk berhenti. Nggak perlu lari kencang tapi juga jangan berhenti, hanya berjalan.

Coba deh sesekali kalian berangkat kerja naik motor jangan mikirin apa yang akan terjadi dikantor — karena apa yang kalian pikirin juga belum tentu kejadian — tapi usahakan untuk menikmati perjalanan ngeliat kanan kiri siapa tau di lampu merah ketemu jodoh.

Atau coba kalo dirumah jangan selalu memenuhi kepala kalian dengan masa depan yang kalian juga belom tentu tau gimana bentuknya. Nikmati sofa kalian yang empuk yang sudah kalian beli dengan hasil kerja keras, dan nikmati siaran dari TV bagus yang sudah kalian damba-dambakan sejak dulu.

Walaupun semua orang didunia ini memiliki waktu 24 jam sehari tapi kenyataannya ada orang yang hanya bisa merasakan 2 jam dalam kurun waktu seharinya. Sisanya kemana? Sisanya ada di masa depan yang belum pernah mereka jalani.

Hidup itu seperti lintasan panjang dimana finish nya adalah kematian, kita diberikan keleluasaan untuk berjalan diatas lintasan dengan cara apapun yang kita mau, lari dan melesat menuju finish? Atau berjalan pelan dan menikmati setiap langkah dan pemandangannya? The choice is yours.

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet