Anda punya gelar? Lalu?

Light Bulp
3 min readNov 27, 2019

--

Photo by Siora Photography on Unsplash

Sepertinya akhir-akhir ini lulusan sarjana sudah mulai sangat menumpuk, lowongan pekerjaan dibuka besar-besaran untuk mereka yang bergelar sarjana, dari mulai pekerjaan high level management hingga pekerjaan yang hanya membutuhkan kesabaran. Dari sekian banyak orang yang bertitle sarjana, sebagian memilih melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan sebagian yang lainnya memilih untuk menjalani karirnya sedini mungkin.

Ironi lain muncul, lapangan pekerjaan tak lagi mencari gelar. Mereka mencari siapa yang pantas, mau itu bergelar atau bahkan hanya lulusan SD sekalipun. Dimana ini memang sangat bisa dimaklumi jika kita melihat dari sisi perusahaan yang membayar gaji karyawannya setiap bulan, karena memang perusahaan hanya berfokus kepada untung bukan gengsi.

Lalu bagaimana dengan mereka yang lulusan S1? Apalagi mereka yang lulusan S2? Sekolah tinggi-tinggi tapi susah nyari kerjanya, sekolah tinggi-tinggi tapi ditempat kerja diletakan ditempat yang sama dengan orang yang bersekolah hanya tamatan SD. Tapi, bagaimana jika memang lulusan S1 dan S2 tidak didesign untuk mencari kerja?

3 tahun sudah saya meniti karir didunia teknologi, dari mulai di perusahaan yang menganggap sebelah mata keberadaan teknologi didalamnya sampai ke perusahaan yang memang bergerak di bidang teknologi. Dalam perjalanannya saya banyak belajar dan berfikir mengapa tidak semua teman-teman bisa mendapatkan kesempatan yang saya dapatkan sekarang? Kenapa banyak orang malah berakhir di karir yang bahkan bertolak belakang dengan apa yang mereka kerjakan saat berkuliah?

Dari semua pertanyaan itu, saya berasumsi mungkin masih banyak dari kita yang tenggelam dengan ekspektasi. Ekspektasi bahwa menjadi dokter adalah pekerjaan yang bisa membuat kita jadi cepat kaya, ekspektasi bahwa lulusan S1 adalah lulusan yang paling dicari diseluruh indonesia, eksepektasi bahwa dengan sekolah S2 maka peluang karir akan terbuka semakin lebar, ekspektasi bahwa nama kampus bergengsi akan mengantarkan kita ke jenjang karir menjanjikan.

Pernah nggak sih kita mikir kalau semua ekspektasi yang dituangkan dikepala kita ini menjadi racun yang perlahan membuat kita menjadi orang yang serba ketakutan karena standart yang dibuat orang lain untuk kita?

Sekolah bukan untuk cari kerja

Mungkin bagi sebagian orang merasa pernyataan diatas sangat bodoh dan terkesan munafik bahkan. Tapi coba bayangkan kenapa banyak orang depresi karena tidak mendapatkan pekerjaan? Tapi disisi lain ada orang yang dengan gigihnya mencari peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka impikan.

Jawabannya adalah karena orang yang memang mencari gelarnya murni karena mereka ingin meniti masa depan dengan meruncingkan kualitas diri mereka dari pembelajaran yang mereka dapatkan di kampus tidak perlu takut untuk bersaing dengan orang, karena mereka sadar betul bahwa keberadaan gelar yang mereka dapat harusnya bisa dipertanggungjawabkan di persaingan dunia kerja.

Sebaliknya dengan orang yang bersekolah karena mengejar gelar, mereka cenderung menghitung pengeluaran yang mereka keluarkan untuk mendapatkan gelar harusnya berbanding lurus dengan gaji yang mereka dapatkan saat bekerja. Landasan fikir ini yang kadang membuat orang enggan mengambil pekerjaan dengan gaji rendah.

Apa yang special darimu?

Supreme menjual barang yang cenderung random dan tidak bisa diprediksi, dari mulai sikat gigi hingga pulpen yang harganya luar biasa fantastis. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena Supreme membuat barang dengan jumlah seterbatas mungkin dan tidak diproduksi ulang sehingga dia menawarkan eksklusifitas kepada pembelinya.

Hal yang sama terjadi kepada penyandang gelar S1 dan S2 yang biasanya mengeluh akan susahnya mencari kerja. Mari ibaratkan perusahaan ini adalah seorang konsumen, apakah semua lulusan bergelar ini bisa memberikan eksklusifitas ke perusahaan?

Sepertinya saat ini penting untuk memberikan sesuatu yang khas kepada diri kita agar kita dilirik oleh peluang. Pembelajaran yang kita terima di kampus normalnya akan diterima juga dengan teman-teman kita, dan jika kita tidak memberikan kita pembeda dengan yang lain maka apa yang membuat kita special?

“Sedikit lebih beda lebih baik dari sedikit lebih baik”

-Pandji Pragiwaksono-

--

--

Light Bulp
Light Bulp

No responses yet